Rabu 22 Feb 2023 00:14 WIB

Diduga Terinfeksi Virus Difteri, Tujuh Warga Garut Meninggal Dunia 

Virus diftery lebih berbahaya dari covid 19, tapi tidak semasif covid.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Petugas medis merawat pasien penderita difteri.
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Petugas medis merawat pasien penderita difteri.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar) mencatat, sebanyak tujuh orang warga Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut meninggal dunia diduga terinfeksi virus Difteri. Kasus ini terjadi dalam rentang waktu selama 6 - 19 February 2023.

"Awal February (2023) ada 6 (meninggal diduga terkena virus difteri), lalu tambah 1 lagi di tanggal 19 Februari," ujar Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar, Dewi Ambarwati, kepada wartawan, Selasa (21/2/2023). 

Baca Juga

Dewi menjelaskan, ketujuh orang yang meninggal dunia tersebut belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, berdasarkan pemeriksaan sementara dari yang berkontak erat, ada dua orang yang telah dinyalakan positif Difteri.

"Ketujuh orang ini (yang meninggal) tidak dicek apakah mereka difteri atau tidak. Tapi, karena curiga waktu meninggalnya itu sangat berdekatan, dan akhirnya kita cari yang kontak dengan yang sudah meninggal. Nah yang kontak dengan yang meninggal itu, ditemukan ada dua orang yang positif (difteri)," paparnya.

Pemprov Jabar, kata dia, sudah terjun langsung ke lapangan bersama Pemkab Garut dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melakukan pemeriksaan kepada masyarakat yang diduga sempat melakukan kontak langsung dengan para pasien Difteri.

"Jadi anak-anak diusia 15 tahun kebawah di desa tersebut (Sukahurip) dilakukan outbrake respon. Jadi itu kita akan suntikan imunisasi difteri semuanya," katanya. 

Pemberian imunisasi ini, kata dia, dilakukan agar mengantisipasi terjadinya pemaparan lebih lanjut. Difteri ini, adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman, penularannya mudah, dan sebenarnya anggka kematiannya dalam waktu 72 jam jika tidak diberikan andifteri serum. 

"Jadi sebenarnya ini (virus Diftery) lebih berbahaya dari covid 19 tapi tidak semasif covid, karena sebenarnya dengan imunisasi (Difteri) sudah bisa dicegah," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement