Selasa 21 Feb 2023 23:05 WIB

Ormas Islam dan Tokoh Agama Bisa Berperan Jadi Duta-Duta Literasi 

Peningkatan literasi membutuhkan peran banyak pihak termasuk Ormas Islam

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia ke  Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Senin (20/2/2023). Peningkatan literasi membutuhkan peran banyak pihak termasuk Ormas Islam
Foto: Dok.Republika
Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia ke Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Senin (20/2/2023). Peningkatan literasi membutuhkan peran banyak pihak termasuk Ormas Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Secara nasional, indeks literasi digital Indonesia 2022 mendapatkan skor 3,54 dari skala 1-5 atau pada level "sedang". Indeks tersebut naik 0,05 poin dibanding 2021 yang berada di level 3,49. 

Hal itu menunjukkan kemampuan masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi digital secara umum, terbukti meningkat sejak awal pandemi sampai sekarang. 

Baca Juga

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk terus meningkatkan indeks literasi digital Indonesia. 

“Literasi digital tidak bisa dikerjakan hanya dengan satu kelompok atau golongan saja, dibutuhkan kerja sama,” ujarnya saat menerima kunjungan Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Senin (20/2/2023).

Menurutnya, Ormas Islam juga bisa mengambil peran untuk meningkatkan literasi. Para pemuka agama dan pengikutnya bisa menjadi duta literasi untuk menyebarkan berita positif. 

“Kalau bicara tentang ormas keagamaan, pasti ada pengikutnya, dengan itu bisa dimulai dengan pengikut-pengikutnya untuk menjadi duta-duta literasi untuk menyebarkan berita-berita positif untuk bagaimana meliterasi agar siap menghadapi era baru,” kata dia, dalam keterangannya, Selasa (21/2/2023). 

Dia menambahkan, banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa ruang digital dan ruang fisik merupakan satu kesatuan. 

“Ini masih banyak masyarakat yang belum tahu untuk bagaimana berinteraksi di ruang digital. Jika di ruang fisik, tentu sudah belajar banyak, inilah yang ingin kami tekankan. Supaya masyarakat punya kesadaran, pengetahuan baru, dan keahlian baru untuk memasuki era baru,” ungkapnya. 

Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW

Menurut Semuel, indeks literasi digital dapat diukur melalui empat pilar indikator besar, yakni kecakapan digital, keamanan digital, kultur dan etika digital. 

Dengan kecakapan digital, masyarakat mengetahui dasar-dasar kecakapan yang harus dimiliki dalam ruang digital. 

“Kedua, tentu bicara masalah keamanan. Jika beraktivitas di ruang digital harus ada keamanannya seperti halnya aktivitas di ruang fisik,” tambahnya. 

Selanjutnya, kata Semuel, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan ribuan tahun membangun kultur. Saat ini, tantangannya ialah membawa kultur nilai dan norma yang sudah dibangun di ruang fisik kedalam ruang digital.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement