REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Lebih dari 8.000 warga sipil telah tercatat tewas di Ukraina sejak invasi Rusia hampir setahun yang lalu. Kantor hak asasi manusia PBB pada Selasa (21/2/2023) menggambarkan angka itu sebagai "puncak gunung es".
Jumlah korban terbaru mewakili revisi kenaikan yang signifikan dari penghitungan sebelumnya yaitu 7.199 korban tewas sejak dimulainya invasi. Sekitar 90 persen korban meninggal akibat senjata peledak.
“Data kami hanyalah puncak gunung es. Korban sipil tak tertahankan,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk dalam sebuah pernyataan.
Kepala Misi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa di Ukraina, Matilda Bogner meyakini ribuan kematian warga sipil masih harus dihitung karena terus bertambah. Sebagian besar warga sipil yang meninggal berada di Kota Mariupol, Ukraina selatan, yang sekarang di bawah kendali Rusia.
Penghitungan PBB mencakup 2.000 kematian warga sipil di Mariupol, yang merupakan rumah bagi sekitar 450.000 orang sebelum Rusia mengepungnya selama tiga bulan. Rusia kemudian menghancurkan kota itu hingga rata dengan tanah. Rusia menyangkal dengan sengaja menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus".
"Kami memiliki informasi yang tidak dapat dibuktikan yang menunjukkan bahwa jumlahnya ribuan lebih tinggi dari yang kami dokumentasikan dan sejumlah besar dari mereka berasal dari Mariupol," kata Bogner kepada wartawan.