Rabu 22 Feb 2023 12:34 WIB

Kewajiban Wanita Menuntut Ilmu Agama

Wanita juga diwajibkan menuntut ilmu agama.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
 Kewajiban Wanita Menuntut Ilmu Agama. Foto:  Ilustrasi Muslimah
Foto: Pixabay
Kewajiban Wanita Menuntut Ilmu Agama. Foto: Ilustrasi Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tidak hanya pria, wanita juga diwajibkan untuk menuntut ilmu agama. Sebab mereka juga harus mempelajari hal-hal yang wajib dalam agama seperti puasa, sholat dan lainnya.

Dikutip dari buku Akhlak Wanita Muslimah karya Abu Ubaidah, Wanita adalah manusia yang terkena beban taklif sebagaimana lelaki. Rasulullah ﷺ bersabda:

Baca Juga

إنما النِّساءُ شقائقُ الرِّجالِ 

"Wanita itu semisal laki-laki (dalam hukum-pen)" HR.Abu Dawud: 236, Tirmidzi 113, Ibnu Majah 612, Ahmad 6/256, Darimi 1/195. Dishahihkan oleh al-Alabni dalam Shahih Abu Dawud no.234

Beban taklif dan kewajiban yang diembankan Allah kepada seluruh kaum hawa ini harus ditunaikan dengan baik, benar dan sesuai syar’i. Beban taklif yang berupa kewajiban-kewajiban dalam perkara kehidupan agamanya. Seperti tatacara bersuci, shalat, puasa dan lain sebagainya dari perkara-perkara yang wajib.

Perkara-perkara ini, tidak ada jalan untuk mengetahuinya kecuali dengan menuntut ilmu. Belajar dan mengetahuinya dengan pengetahuan yang pasti, tidak ragu dan terhindar dari kesalahan.

Imam Ibnul Jauzy berkata: “Wanita adalah insan yang terkena beban kewajiban sebagaimana lelaki. Wajib baginya menuntut ilmu dalam perkara-perkara yang wajib diketahui. Agar ia dapat menunaikan kewajibannya diatas keyakinan”. (Ahkam an-Nisaa)

Di antara dalil wajibnya wanita belajar adalah hadits Rasulullah yang berbunyi:

طلب العلم فريضة على كل مسلم

"Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim.\" HR.Ibnu Majah: 224. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Takhrij Musykilah al-Faqr no.86

Tambahan lafadz ومسلمة tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits. Syaikh al-Albani mengatakan, “Hadits ini masyhur pada zaman sekarang dengan tambahan ومسلمة padahal tidak ada asalnya sedikitpun. Hal ini ditegaskan oleh al-Hafizh as-Sakhawi. Beliau berkata dalam al-Maqashid al-Hasanah: “Sebagian penulis telah memasukkan hadits ini dengan tambahan ومسلمة, padahal tidak disebutkan dalam berbagai jalan hadits sedikitpun".

Adapun hadits ini tanpa tambahan tersebut, derajatnya shahih atau hasan, karena telah diriwayatkan dari jalan yang banyak, dari sekelompok sahabat. (Takhrij Musykilatul Faqr)

Sekalipun demikian, makna hadits ini benar, karena perintah menuntut ilmu mencakup kaum pria dan wanita juga. Sungguh benar Ibnul Jauzi tatkala berkata: “Saya selalu menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu agama, karena ilmu adalah cahaya yang menyinari, hanya saja saya memandang bahwa para wanita lebih utama dengan anjuran ini, dikarenakan jauhnya mereka dari ilmu dan menguatnya hawa nafsu pada diri mereka”.

Lanjutnya: “Wanita adalah manusia yang dibebani seperti kaum pria, maka wajib olehnya untuk menuntut ilmu agar dia dapat menjalankan kewajiban dengan penuh keyakinan”. (Takhrij Musykilatul Faq)

Oleh karena itu, lihatlah semangat para wanita salaf dalam menuntut ilmu.

قالتِ النِّسَاءُ للنبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: غَلَبَنَا عَلَيْكَ الرِّجَالُ، فَاجْعَلْ لَنَا يَوْمًا مِن نَفْسِكَ، فَوَعَدَهُنَّ يَوْمًا لَقِيَهُنَّ فِيهِ، فَوَعَظَهُنَّ وأَمَرَهُنَّ، فَكانَ فِيما قَالَ لهنَّ: ما مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ ثَلَاثَةً مِن ولَدِهَا، إلَّا كانَ لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ فَقالتِ امْرَأَةٌ: واثْنَتَيْنِ؟ فَقَالَ: واثْنَتَيْنِ

Dari Abu Sa’id al-Khudri menceritakan bahwa sejumlah para wanita berkata kepada Nabi: “Kaum lelaki lebih banyak bergaul denganmu daripada kami, maka jadikanlah suatu hari untuk kami”. Nabi menjanjikan mereka suatu hari untuk bertemu dengan mereka guna menasehati dan memerintah mereka. Di antara sabda beliau saat itu: “Tidak ada seorang wanitapun yang ditinggal mati oleh tiga anaknya kecuali akan menjadi penghalang baginya dari neraka”. Seorang wanita bertanya: “Bagaimana kalau Cuma dua?”. Nabi menjawab: “Sekalipun Cuma dua”. (Ahkam Nisa)

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini menunjukkan semangat para wanita sahabat dalam mempelajari masalah-masalah agama”. (Fathul Bari)

Sejarah telah mencatat nama-nama harum para wanita yang menjadi para ulama dalam bidang agama, Alquran, hadits, syair, kedokteran dan lain sebagainya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement