Kamis 23 Feb 2023 00:35 WIB

Bahayanya Rusia Tangguhkan Perjanjian Pembatasan Senjata Nuklir

Perjanjian tersebut membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat digunakan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Vladimir Putin pada Selasa (21/2/2023) memberikan peringatan kepada Barat dengan perjanjian pembatasan senjata nuklir.
Foto: Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Pho
Presiden Vladimir Putin pada Selasa (21/2/2023) memberikan peringatan kepada Barat dengan perjanjian pembatasan senjata nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Vladimir Putin pada Selasa (21/2/2023) memberikan peringatan kepada Barat dengan perjanjian pembatasan senjata nuklir. Putin mengumumkan bahwa sistem strategis baru telah digunakan untuk tugas tempur, dan mengancam akan melanjutkan uji coba nuklir.

Hampir setahun lalu, Putin telah meluncurkan operasi militer khusus ke Ukraina. Hal ini memicu konfrontasi terbesar dengan Barat dalam enam dekade. Ukraina mendapatkan bantuan senjata militer dan dukungan dari Barat. Sementara Rusia harus menghadapi perlawanan sengit Ukraina. Putin mengatakan Rusia akan mencapai tujuan perangnya. Putin juga menuduh Barat berusaha menghancurkannya.

"Para elite Barat tidak menyembunyikan tujuan mereka. Tapi mereka juga tidak bisa tidak menyadari bahwa tidak mungkin mengalahkan Rusia di medan perang," kata Putin kepada elite politik dan militer negaranya.

Putin pun mengambil keputusan untuk menangguhkan partisipasi dalam perjanjian New START, atau perjanjian pembatasan senjata besar terakhirnya dengan Washington.

Perjanjian New START ditandatangani oleh mantan presiden Barack Obama dan mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev pada 2010. Perjanjian tersebut membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat digunakan oleh kedua negara.

Rusia dan Amerika Serikat bersama-sama memegang 90 persen hulu ledak nuklir dunia. Perjanjian New START membatasi masing-masing pihak untuk memiliki 1.550 hulu ledak pada peluncur rudal dan pembom berat yang dikerahkan.  Kedua belah pihak memenuhi batas tengah pada 2018.

Pemimpin Rusia itu mengatakan, beberapa orang di Washington sedang mempertimbangkan untuk melanggar moratorium uji coba nuklir. Kini, Putin mengajukan undang-undang tentang penangguhan perjanjian senjata nuklir.

"Jika Amerika Serikat melakukan uji coba, maka kami akan melakukannya. Tidak seorang pun boleh memiliki ilusi berbahaya bahwa paritas strategis global dapat dihancurkan. Seminggu yang lalu, saya menandatangani keputusan untuk menempatkan sistem strategis berbasis darat baru dalam tugas tempur," kata Putin.

Selama setahun terakhir Putin berulang kali mengisyaratkan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terancam. Pada dasarnya, Putin mengatakan bahwa dia dapat membongkar arsitektur kendali senjata nuklir kecuali Barat tidak lagi mendukung Ukraina. Putin mengatakan konflik telah dipaksakan ke Rusia, terutama oleh ekspansi NATO ke arah timur sejak Perang Dingin.

"Rakyat Ukraina telah menjadi sandera rezim Kiev dan penguasa Barat yang secara efektif menduduki negara ini dalam arti politik, militer dan ekonomi," kata Putin.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut langkah Putin "sangat disayangkan dan tidak bertanggung jawab".  Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, langkah Putin membuat dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya. Dia mendesak Putin untuk mempertimbangkan kembali keputusannya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement