Rabu 22 Feb 2023 13:43 WIB

Barantan: Komoditas Pertanian Makin Berdaya Saing di Pasar Ekspor

Ekspor pertanian pada 2022 tumbuh sebesar 10,52 persen dibandingkan tahun sebelumnya

Red: Gita Amanda
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang menyebutkan komoditas pertanian makin berdaya saing di pasar ekspor, (ilustrasi).
Foto: Dok Kementan
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang menyebutkan komoditas pertanian makin berdaya saing di pasar ekspor, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang menyebutkan komoditas pertanian makin berdaya saing di pasar ekspor yang terlihat dari peningkatan pada beberapa komoditas unggulan sektor pertanian.

"Sesuai tugas strategis yang diberikan Pak Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo), Barantan mengawal tiap komoditas yang dilalulintaskan di pasar global," kata Bambang, saat bertemu dengan media pada acara Kopi Pagi, di Gedung Badan Karantina Pertanian, Jakarta, Rabu (22/2/2023).

Baca Juga

Bambang menyampaikan ekspor pertanian pada tahun 2022, sebagaimana data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, tumbuh sebesar 10,52 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor pertanian Januari-Desember 2022 mencapai 4,89 miliar dolar AS. Sementara periode yang sama pada tahun 2021 tercatat senilai 4,24 miliar dolar AS.

"Kita berhasil mengharmonisasikan aturan teknis pada komoditas porang, nanas, dan buah naga untuk pasar Tiongkok. Semoga peluang ini dapat dimanfaatkan pelaku usaha, karena protokol ekspor sudah siap," ujarnya pula.

Kemudian komoditas pertanian lainnya dengan nilai ekonomi yang cukup signifikan, yakni sarang burung walet, telah laris di 24 negara dengan total ekspor di tahun 2022 mencapai 1.502 ton. Negara tujuan utama ekspor masih ditempati oleh pasar China dengan jumlah 19 persen.

"Dengan persyaratan ekspor yang cukup ketat, sebanyak 33 eksportir mampu memenuhinya. Dan tentunya kami berkepentingan untuk menambah jumlah eksportir yang bisa lolos dengan memberikan pendampingan dan pengawasan," kata Bambang pula.

Adapun terkait tantangan terhadap ancaman hama penyakit karantina yang berbahaya pada hewan dan tumbuhan yakni penyakit Lumpy Skin Desease (LSD), ia menegaskan bahwa Kementan senantiasa berkolaborasi dengan berbagai pihak agar penyebaran penyakit yang menyerang sapi dan kerbau tersebut tidak meluas, termasuk melalui pendistribusian vaksin.

"Setelah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) pada hewan ternak, kini ada LSD dan kamiberkolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk menanggulanginya," ujar dia lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement