Jumat 24 Feb 2023 06:35 WIB

Perang dan Pintu Terbuka NATO untuk Ukraina

30 September 2022, Ukraina mengajukan permohonan jadi anggota NATO

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Bendera negara-negara anggota NATO berkibar tertiup angin di luar markas NATO
Foto: AP/Olivier Matthys
Bendera negara-negara anggota NATO berkibar tertiup angin di luar markas NATO

REPUBLIKA.CO.ID, Perang antara Rusia dan Ukraina sudah memasuki tahun pertama. Banyak situasi telah berubah sejak pertempuran meletus pada 24 Februari 2022 lalu. Salah satu momen perubahan terjadi pada 30 September tahun lalu, yakni ketika Ukraina secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan kepada Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina adalah untuk mencegah negara tersebut bergabung dengan NATO. Moskow menilai, kehadiran NATO di garis perbatasannya akan menjadi ancaman langsung dan signifikan bagi keamanannya. Oleh sebab itu, Rusia menolak jika NATO memperluas ekspansinya ke timur Eropa, terlebih merangkul Kiev menjadi anggotanya.

Situasi di perbatasan Ukraina sudah memanas sejak Desember 2021. Kala itu dilaporkan bahwa Rusia telah mengerahkan sekitar 10 ribu pasukannya ke dekat perbatasan Ukraina. Namun Moskow mengklaim bahwa kehadiran mereka di sana adalah untuk latihan.

Memasuki 2022, jumlah pasukan Rusia yang ditempatkan di perbatasan Ukraina terus bertambah. Jumlahnya diperkirakan mencapai 190 ribu tentara. Saat situasi demikian, alih-alih meredam ketegangan, NATO justru seolah sengaja “memancing” kemarahan Rusia. Pada 9 Februari 2022, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, pintu NATO terbuka untuk Ukraina. Namun jika hendak bergabung, Kiev, kata Stoltenberg, harus terlebih dulu melakukan reformasi.