REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Xi Jinping mengatakan, Cina harus menyelesaikan masalah di bidang teknologi utama. Karena Cina semakin banyak berurusan dengan kendali ekspor Amerika Serikat (AS) pada teknologi canggih.
Selama sesi pertemuan Politbiro pada Selasa (21/2/2023), Xi mengatakan, Cina perlu memperkuat penelitian dasar dalam sains dan teknologi jika ingin mencapai kemandirian dan menjadi kekuatan teknologi global. "Untuk mengatasi persaingan sains dan teknologi internasional, mencapai tingkat kemandirian dan peningkatan diri yang tinggi, kita sangat perlu memperkuat penelitian dasar dan memecahkan masalah teknologi utama dari sumbernya," ujar Xi yang dilaporkan kantor berita Xinhua.
Xi juga mengatakan perlu menumbuhkan kumpulan bakat teknologi terkemuka Cina. Pernyataan ini menggemakan pidato Xi pada 2021.
Ketika itu, Xi mengatakan, pada 2035 Cina harus menempati peringkat di antara negara-negara terkemuka di dunia sehubungan dengan strategi dan kekuatan teknologi. Cina juga harus mempunyai sumber daya manusia berkualitas tinggi.
Cina menghadapi tantangan yang semakin besar untuk menutup kesenjangan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dalam teknologi semikonduktor canggih. Pada Januari, Jepang dan Belanda setuju untuk mematuhi pembatasan ekspor terhadap sektor chip Cina yang telah diumumkan oleh pemerintah AS pada Oktober 2022.
Sanksi awal AS membidik pembelian chip komputasi kecerdasan buatan (AI) canggih dari Cina. Termasuk peralatan yang dapat digunakan pabrik chip untuk memproduksi chip komputasi terdepan dari Cina.