REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri China Qin Gang menyatakan bahwa pihaknya mempercayai Indonesia dan negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) lainnya sebagai blok yang independen dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, termasuk Asia Pasifik.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu Qin dalam jumpa pers bersama Menlu RI Retno Marsudi setelah pertemuan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) ke-4 Indonesia-China di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu.
"Kami berharap dan percaya bahwa Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya akan mementingkan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan," ujar Menlu Qin.
China, lanjut dia, juga meyakini bahwa Indonesia dan ASEAN akan membuat penilaian dan pilihan independen demi kepentingan menjaga stabilitas di kawasan, tanpa pengaruh dari pihak atau kekuatan mana pun.
Menurut Menlu Qin, perang dingin baru dan persaingan kekuatan-kekuatan besar tidak boleh terjadi di kawasan Asia Pasifik. Indonesia dan ASEAN, lanjutnya, juga tidak seharusnya "dipaksa" untuk berpihak terhadap negara mana pun.
"Kami akan berupaya untuk mendukung kebebasan ASEAN serta mendukung sentralitas ASEAN dalam menciptakan arsitektur kawasan yang damai," kata Qin.
Qin juga menyatakan siap bekerja sama dengan ASEAN untuk menjaga perdamaian di Indo-Pasifik dengan mengimplementasikan Inisiatif Keamanan Global (GSI) milik China dan Pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on Indo-Pasific/AOIP).
China pada 21 Februari 2023 resmi merilis GSI, sebuah dokumen yang bertujuan untuk memberantas akar penyebab konflik internasional, meningkatkan tata kelola keamanan global, serta mempromosikan perdamaian di era yang bergejolak dan dinamis ini.
Dalam dokumen tersebut, China meyakini bahwa keamanan adalah hak semua negara, bukan hak prerogatif beberapa orang apalagi harus diputuskan oleh negara-negara tertentu.
Sementara itu, AOIP, yang digagas oleh Indonesia dan disepakati pada 2019, merupakan penegasan posisi ASEAN dalam peranannya untuk menjaga perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik, yang mencakup Asia Pasifik dan Samudera Hindia.
AIOP mengedepankan pendekatan dialog dan kerja sama yang terbuka dan inklusif alih-alih kompetisi dan rivalitas, serta menegaskan posisi ASEAN yang tidak akan berpihak pada negara besar mana pun.
Sementara itu, Menlu Retno menegaskan kembali bahwa Indonesia berkepentingan untuk menjaga Asia Tenggara agar tetap menjadi kawasan damai dan stabil sehingga Indonesia tidak akan menjadi proksi bagi kekuatan mana pun.
"Indonesia dan ASEAN sangat berkepentingan agar Asia Tenggara tetap menjadi kawasan damai dan stabil dan menjadikannya pusat pertumbuhan ekonomi," ujar Retno.
"Indonesia akan berusaha sekuat tenaga menjadikan ASEAN tetap relevan bagi kepentingan rakyat ASEAN bahkan di luar kawasan," lanjut dia.