REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Permata Tbk (PermataBank) menutup tahun dengan pencapaian kinerja yang solid di tahun 2022. PermataBank mencatatkan Laba Bersih setelah pajak sebesar Rp 2 triliun atau tumbuh 64 persen year-on-year (yoy).
Pertumbuhan Laba Bersih ini dikontribusi dari Pendapatan Operasional sebesar Rp 11,5 triliun atau tumbuh sebesar 13,2 persen yoy yang juga didukung pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 14,4 yoy.
"Pada tahun 2022 kami memanfaatkan momentum-momentum yang memperkuat posisi PermataBank sebagai salah satu bank terdepan di Indonesia," kata Direktur Utama PermataBank Meliza M Rusli, melalui siaran pers, Kamis (23/2/2023).
PermataBank mencatatkan pertumbuhan aset 8,8 persen yoy menjadi Rp 255,1 triliun. Seiring dengan pemulihan ekonomi nasional, penyaluran kredit tumbuh 8,7 persen yoy menjadi Rp 136,3 triliun, terutama didorong oleh pertumbuhan kredit Korporasi dan KPR masing-masing 10,3 persen dan 12,6 persen.
Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah meningkat 8,8 persen yoy menjadi Rp 195,6 triliun. Pertumbuhan ini terutama dikontribusi dari pertumbuhan giro dan tabungan 16,8 persen yoy sejalan dengan strategi Bank untuk memfokuskan pertumbuhan simpanan nasabah dengan biaya dana yang lebih murah.
Biaya dana yang efisien akan memperkuat posisi Bank dalam menyalurkan kredit perbankan dengan suku bunga yang bersaing. Sejalan dengan hal ini, rasio CASA Bank meningkat menjadi 58 persen lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar 54 persen.
Bank tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Hal tersebut mengingat perlambatan ekonomi global yang disertai dengan peningkatan suku bunga global secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap risiko kredit inheren.
Rasio NPL gross di akhir Desember 2022 terjaga pada level 3,1 persen membaik dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 sebesar 3,2 persen. Rasio NPL net yang mencerminkan prudensi dalam pembentukan cadangan kerugian kredit juga mengalami perbaikan menjadi 0,4 persenn dibandingkan dengan 0,7 persen di akhir Desember 2021.
"Rasio NPL coverage terjaga baik di kisaran 240 persen. Bank terus mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset," jelas Meliza.