Kamis 23 Feb 2023 12:30 WIB

Presiden Ingatkan Hilirisasi tidak Hanya pada Sektor Pertambangan

Hilirisasi di berbagai sektor dapat meningkatkan nilai tambah produk.

Presiden RI Joko Widodo. Presiden RI Joko Widodo mengingatkan bahwa hilirisasi tidak hanya dilakukan pada sektor pertambangan mineral dan batu bara, melainkan juga pada sektor pertanian, perkebunan hingga perikanan
Foto: Dok. Kemenko PMK
Presiden RI Joko Widodo. Presiden RI Joko Widodo mengingatkan bahwa hilirisasi tidak hanya dilakukan pada sektor pertambangan mineral dan batu bara, melainkan juga pada sektor pertanian, perkebunan hingga perikanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Joko Widodo mengingatkan, hilirisasi tidak hanya dilakukan pada sektor pertambangan mineral dan batu bara, melainkan juga pada sektor pertanian, perkebunan hingga perikanan. Hal itu disampaikan Presiden dalam arahannya pada Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Tahun 2023 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (23/2/2023).

"Berkaitan dengan hilirisasi daerah, saya sudah sering menyampaikan ini. Tapi yang sering saya sampaikan adalah hilirisasi di tambang, minerba. Ndak, hilirisasi itu bukan hanya yang ada di situ saja," kata Presiden.

Baca Juga

"Jangan hanya berpikir hilirisasi (hanya) ada di nikel, di tembaga. Di perikanan, pertanian, perkebunan, memiliki potensi yang besar juga dan semua daerah memiliki ini semuanya," lanjut Presiden.

Dia mencontohkan di sektor perkebunan, kelapa muda yang biasa dijual per butir Rp 10 ribu-Rp15 ribu dapat ditingkatkan nilai tambahnya dengan menjadikannya sebagai produk coco thumb layaknya yang banyak dijual di Thailand.

"Kalau jadi kayak di Thailand coco thumb itu dikupas sedikit saja sudah jadi Rp 45 ribu-Rp 50 ribu, tiga kali lipat. Ya urusan mempercantik kemasan saja," kata Jokowi.

Menurutnya, masyarakat di Indonesia sangat bisa melakukan itu, dan para gubernur bisa mendorongnya. "Ini contoh contoh kecil. Nilai tambahnya bisa tiga kali," terangnya.

Sedangkan di sektor perikanan dia mencontohkan, bahwa ikan tidak hanya bisa diolah menjadi ikan asin melainkan bisa ditingkatkan nilai tambahnya jika diolah menjadi tepung ikan.

"Ikan dijual jadi hanya jadi ikan asin nggak ada nilai tambah, tapi kalau kita naikkan sedikit saja jadi tepung ikan, nilai tambah bisa dua kali, tiga kali, dan permintaan dunia akan tepung ikan ini besar sekali, sehingga yang namanya nelayan, UMKM, koperasi, industri kecil, dorong untuk melakukan ini, dan produk-produk yang lainnya yang sangat banyak ragamnya di daerah-daerah," jelasnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement