Kamis 23 Feb 2023 12:39 WIB

Militer Israel: Palestina Tembakan Enam Roket dari Jalur Gaza

Serangan itu beberapa jam setelah tentara Israel menyerbu wilayah Nablus

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Militer Israel mengklaim militan Palestina menembakkan enam roket dari Jalur Gaza ke selatan negara itu pada Kamis (23/2/2023) pagi. Serangan itu beberapa jam setelah tentara Israel menyerbu di wilayah pendudukan Tepi Barat dengan 11 warga Palestina meninggal dunia.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Militer Israel mengklaim militan Palestina menembakkan enam roket dari Jalur Gaza ke selatan negara itu pada Kamis (23/2/2023) pagi. Serangan itu beberapa jam setelah tentara Israel menyerbu di wilayah pendudukan Tepi Barat dengan 11 warga Palestina meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel mengklaim militan Palestina menembakkan enam roket dari Jalur Gaza ke selatan negara itu pada Kamis (23/2/2023) pagi. Serangan itu beberapa jam setelah tentara Israel menyerbu di wilayah pendudukan Tepi Barat dengan 11 warga Palestina meninggal dunia.

Serangan roket ini tidak langsung diklaim oleh kelompok Palestina. Namun, tindakan itu tampaknya dipicu oleh serangan di Nablus pada Rabu (22/2/2023) pagi.

Baca Juga

Militer Israel mengatakan, pertahanan Aar mencegat lima roket yang ditembakkan ke arah kota Ashkelon dan Sderot. Satu rudal mendarat di lapangan terbuka. Tidak ada laporan kerusakan atau korban jiwa.

Israel telah melakukan peningkatan penangkapan orang-orang yang diduga terlibat dalam kelompok tertentu di Tepi Barat. Tindakan keras ini terus meningkat sejak serangkaian serangan mematikan Palestina di Israel musim semi lalu.

Para pejabat Israel menyamakan operasi ini dengan “memotong rumput”. Mereka mengatakan, tindakan itu diperlukan untuk mencegah situasi yang sulit menjadi lebih buruk.

Dalam insiden terbaru yang akhirnya dibalas dengan serangan roket, Militer Israel menyerbu Nablus, pusat komersial Tepi Barat. Mereka mengaku menangkap tiga militan yang diduga melakukan serangan penembakan sebelumnya. Tersangka utama dicari dalam pembunuhan seorang tentara Israel musim gugur lalu.

Korban meninggal di Nablus adalah tiga pria Palestina, usia 72, 66, dan 61 tahun, dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun. Sedangkan puluhan lainnya terluka.

Kepala perawat departemen kardiologi Ahmad Aswad menyatakan, masuknya korban luka membanjiri Rumah Sakit Najah di kota itu. Petugas medis berusia 36 tahun itu mengatakan, dia melihat banyak pasien tertembak di dada, kepala, dan paha. "Mereka menembak untuk membunuh," katanya.

Operasi empat jam itu meninggalkan kerusakan luas di pasar berusia berabad-abad di Nablus. Orang-orang memandangi puing-puing yang dulunya merupakan rumah besar di pasar yang berusia berabad-abad. Dari satu ujung ke ujung lainnya, toko-toko penuh dengan peluru. Mobil yang diparkir hancur. Darah menodai reruntuhan semen. Furnitur dari rumah yang hancur berserakan di antara tumpukan puing.

Rekaman keamanan bertanda waktu yang dibagikan secara luas secara daring tampaknya menunjukkan dua pria muda berlari di jalan. Tembakan terdengar, dan keduanya jatuh ke tanah, dengan satu topi terbang dari kepalanya.

Kedua pria tersebut tampaknya tidak bersenjata. Namun video tersebut tidak menunjukkan peristiwa yang menyebabkan penembakan tersebut.

Serangan ini adalah salah satu pertempuran paling berdarah dalam hampir satu tahun pertempuran di Tepi Barat dan Yerusalem timur.  Polisi Israel mengatakan, meningkatkan kewaspadaan, sementara kelompok  Hamas di Gaza mengatakan kesabarannya telah habis. Sedangkan kelompok Palestina lainnya Jihad Islam bersumpah untuk membalas.

Palestina dan komunitas internasional mengatakan permukiman yang dibangun di atas tanah yang diduduki adalah ilegal dan menghambat perdamaian. Lebih dari 700 ribu pemukim sekarang tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem timur.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Ned Price mengatakan, AS mengakui masalah keamanan Israel yang sangat nyata. Namun, dia sangat prihatin tentang kematian dan cedera akibat serangan itu. Price mendesak kedua belah pihak untuk menghindari langkah-langkah yang dapat mengobarkan ketegangan, termasuk kemungkinan persetujuan pemukiman baru.

Duta Besar Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Riyad Mansour mendesak masyarakat internasional untuk mengakhiri pembantaian terhadap rakyat Palestina.

Pemerintah Israel didominasi oleh ultranasionalis telah mendorong tindakan lebih keras terhadap Palestina dan bersumpah untuk mempertahankan kekuasaan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat. Media Israel telah mengutip pejabat tinggi keamanan yang menyatakan keprihatinan bahwa hal ini dapat menyebabkan lebih banyak kekerasan menjelang bulan suci Ramadhan.

Kabinet termasuk sejumlah pemimpin pemukim Tepi Barat. Dalam sebuah langkah yang dapat meningkatkan ketegangan lebih lanjut, Yesha, dewan pemukiman, mengumumkan bahwa pejabat perencanaan Israel telah memberikan persetujuan untuk hampir 2.000 rumah baru di pemukiman di Tepi Barat. Tidak ada konfirmasi langsung dari pemerintah, tetapi pengumuman diharapkan akan diumumkan pada Kamis.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement