Kamis 23 Feb 2023 14:13 WIB

Mitigasi Risiko, Pencadangan Bank Diperkirakan Menebal pada 2023

Bank berpotensi kembali mempertebal pencadangan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo LPPI. Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang menilai pada 2023 bank berpotensi kembali mempertebal pencadangan.
Foto: Dok LPPI
Logo LPPI. Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang menilai pada 2023 bank berpotensi kembali mempertebal pencadangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang menilai pada 2023 bank berpotensi kembali mempertebal pencadangan. Menurutnya, kebijakan pencadangan adalah upaya bank memitigasi atas segala potensi eksternal. 

“Dengan pembentukan cadangan yang cenderung tinggi, ini bentuk mitigasi bank atas potensi resesi global yang akan mempengaruhi domestik,” kata Lando, Kamis (23/2/2023).

Baca Juga

Meski demikian, lanjut Lando, langkah itu tidak perlu dilakukan bila Indonesia dapat mengatasi gejala resesi global dengan baik. Misalnya, ekspor komoditas masih bertumbuh, maka industri perbankan bisa jadi masih bisa tumbuh dan membukukan pertumbuhan laba.

Indonesia diproyeksikan mampu menghadapi tantangan ekonomi global. Hal ini terlihat dari optimisme berbagai pihak. Bloomberg menyatakan kemungkinan resesi Indonesia sangat tipis tahun ini yang hanya sekitar tiga persen.

 
Bank Indonesia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran 4,5 persen-5,3 persen pada 2023. Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kredit perbankan tahun ini tumbuh sekitar 10 persen–12 persen, yang didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 7 persen–9 persen.   
 
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menyiapkan pencadangan yang cukup dengan NPL Coverage tercatat sebesar 305,73 persen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir tahun 2021 yang sebesar 281,16 persen. 
 
"Pencadangan yang memadai tersebut merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, serta potensi perlambatan ekonomi," kata Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto.
 
Kualitas kredit yang baik dan pencadangan yang memadai tersebut juga diiringi dengan pertumbuhan kredit yang positif dengan total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat mencapai Rp 1.139,08 triliun pada akhir Desember 2022. Secara khusus portofolio kredit Mikro BRI tumbuh double digit sebesar 13,9 persen yoy.
 
Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari rasio LDR secara konsolidasian yang terjaga di level 87,09 persen dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,54 persen.
 
Pada akhir 2022, BRI menyiapkan NPL Coverage sebesar 305,73 persen, naik sekitar 24,57 persen dari posisi akhir 2021 sebesar 281,16 persen. Rasio pencadangan itu dinilai sangat memadai. 
 
Sejak 2019, BRI selalu meningkatkan dana pencadangan. Pada tahun tersebut BRI menyiapkan pencadangan sebesar 166,59 persen, tahun berikutnya pada saat pandemi pencadangan BRI naik pesat menjadi 247,98 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement