Kamis 23 Feb 2023 15:30 WIB

Kelompok Militan Palestina Balas Serangan Israel

Operasi militer Israel di Nablus menewaskan 11 warga Palestina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Asap mengepul saat bentrokan di tengah operasi Israel di kota tepi barat Nablus, 22 Februari 2023.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Asap mengepul saat bentrokan di tengah operasi Israel di kota tepi barat Nablus, 22 Februari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Militer Israel mengatakan militan Palestina menembakkan enam roket dari Jalur Gaza ke selatan negara itu pada Kamis (23/2/2023) pagi. Tembakan itu merupakan serangan balasan atas operasi militer Israel di Nablus yang memicu baku tembak sengit dan menewaskan 11 warga Palestina.

Militer Israel mengatakan pertahanan udara mencegat lima roket yang ditembakkan ke arah Kota Ashkelon dan Sderot.  Satu rudal mendarat di lapangan terbuka.  Pesawat Israel kemudian menyerang beberapa sasaran di Gaza utara dan tengah. Sejauh ini tidak ada laporan korban luka di Israel atau Gaza.

Baca Juga

Di antara korban tewas di Nablus adalah tiga pria Palestina berusia 72 tahun, 66 tahun, dan 61 tahun, serta seorang anak laki-laki berusia 16 tahun. Sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Polisi Israel telah meningkatkan kewaspadaan, sementara kelompok militan Hamas di Gaza, dan kelompok Jihad Islam bertekad membalas serangan Israel. Operasi militer Israel yang berlangsung selama empat jam itu meninggalkan kerusakan luas di Nablus.

Dalam satu adegan emosional, seorang petugas medis yang kewalahan menyatakan seorang pria meninggal. Petugas medis itu kemudian menyadari bahwa pasien yang tak bernyawa itu adalah ayahnya.  Di tempat lain, sebuah video amatir memperlihatkan dua pria yang tampaknya tidak bersenjata, ditembak saat mereka berlari di jalan.

Israel telah melakukan peningkatan penangkapan gerilyawan yang dicari di Tepi Barat sejak serangkaian serangan mematikan Palestina di Israel musim semi lalu. Para pejabat Israel  mengatakan, operasi ini diperlukan untuk mencegah situasi yang sulit menjadi lebih buruk.  

Militer Israel mengatakan memasuki Nablus, yang merupakan pusat komersial Tepi Barat, untuk menangkap tiga militan yang diduga melakukan serangan penembakan sebelumnya.  

Militer biasanya melakukan penggerebekan pada malam hari sebagai bagian dari taktik untuk mengurangi risiko korban sipil.  Namun juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Richard Hecht mengatakan, pasukan bergerak cepat setelah dinas intelijen melacak tiga militan itu di tempat persembunyian.

Hecht mengatakan, pasukan Israel mengepung tempat persembunyian tiga militan tersebut dan meminta mereka menyerah. Tetapi para militan itu malah melepaskan tembakan.  Seorang militan yang mencoba melarikan diri dari gedung ditembak dan dibunuh. Hecht mengatakan, militer Israel kemudian menembakkan rudal ke rumah tersebut, meratakan bangunan dan membunuh dua militan lainnya.

Pada saat yang sama, Hecht mengatakan, pasukan yang telah mendirikan perimeter luar diserang tembakan hebat, sehingga memicu baku tembak yang intens. Militer mengatakan, warga Palestina lainnya melemparkan batu dan bahan peledak ke arah pasukan. Pejabat Israel merilis video yang diambil dari dalam kendaraan lapis baja saat kerumunan pemuda Palestina melemparinya dengan batu.  

Masuknya korban luka membanjiri Rumah Sakit Najah di Kota Nablus. Kepala Perawat Departemen Kardiologi, Ahmad Aswad, mengatakan kepada The Associated Press, dia melihat banyak pasien tertembak di dada, kepala, dan paha.  

"Mereka menembak untuk membunuh," kata Aswad.

Aswad dan seorang rekannya dengan berhati-hati mengeluarkan peluru dari dada seorang pria berusia 61 tahun. Namun nyawa pasien itu tidak tertolong. Ketika melihat wajah pasien yang meninggal itu, Aswad terkejut karena pasien tersebut adalah ayah dari rekannya. Pria itu diidentifikasi sebagai

Abdelaziz Ashqar. Rekan kerja Aswad, Elias Ashqar terdiam ketika mengetahui ayahnya meninggal dunia akibat tembakan Israel.

Di Kota Tua Nablus, orang-orang memandangi puing-puing yang dulunya merupakan rumah besar di pasar yang berusia berabad-abad.  Dari satu ujung ke ujung lainnya, toko-toko penuh dengan peluru.  Mobil yang diparkir hancur. Darah menodai reruntuhan bangunan. Sementara furnitur dari rumah yang hancur berserakan di antara tumpukan puing.

Menurut penghitungan The Associated Press, hampir 60 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat dan Yerusalem timur tahun ini. Menurut data kelompok hak asasi Israel, B'Tselem, tahun lalu, hampir 150 warga Palestina tewas di daerah itu, sehingga menjadikannya tahun paling mematikan sejak 2004. Sedangkan sekitar 30 orang di pihak Israel tewas dalam serangan Palestina.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement