REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Empat penumpang pesawat Cessna 340 yang hilang di dekat gunung berapi Mayon, Filipina, akhir pekan lalu dinyatakan tewas, Kamis (23/2/2023). Otoritas Penerbangan Sipil Filipina mengatakan, puing-puing pesawat ditemukan di sisi barat gunung, pada ketinggian sekitar 1.070 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut.
“Kami menemukan tempat kejadian (jatuhnya pesawat), tidak ada tanda-tanda kehidupan,” kata Wali Kota Camalig Carlos Baldo dalam konferensi pers, Kamis (23/2/2023).
Dia mengungkapkan, sebanyak 179 orang terlibat dalam operasi evakuasi jenazah dari gunung. Tim penyelamat, termasuk pendaki gunung veteran, mulai melakukan pendakian curam dengan berjalan kaki pada Selasa (21/2/2023). Medan yang sulit menjadi tantangan utama dalam proses evakuasi jenazah.
“Ini medan yang sulit. Ia curam dan ada punggung bukit yang hanya bisa didaki satu orang pada satu waktu,” kata Albay Cedric, petugas bencana yang ikut dalam misi evakuasi jenazah.
Tim evakuasi diharapkan tiba di kaki gunung pada Kamis malam waktu setempat. Namun Cedric mengatakan, proses evakuasi bisa memakan waktu lebih dari satu hari. Pesawat Cessna 340 yang hilang di gunung Mayon bertolak dari Manila pada Sabtu (18/2/2023) pekan lalu. Tujuan pesawat adalah Bandara Internasional Bicol di provinsi tengah Albay. Lokasinya hanya beberapa kilometer dari gunung Mayon.
Terdapat empat orang di pesawat tersebut. Dua di antaranya merupakan warga Australia. Pemilik pesawat adalah Energy Development Corporation yang berbasis di Manila. Australia merupakan konsultan teknis untuk perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan itu.
“Simpati tulis kami sampaikan kepada keluarga dan teman mereka (para korban) selama masa sulit ini,” kata Presiden Energy Development Corporation Richard Tantoco dalam sebuah pernyataan.