Kamis 23 Feb 2023 19:19 WIB

Pengamat: Peluang Koalisi KIB-PDIP Terbuka Lewat Duet Airlangga-Puan

Elektabilitas Airlangga dan Puan saat ini masih rendah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus raharjo
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Bidang Politik dan Keamanan PDI Perjuangan Puan Maharani (kanan) bersama Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) AIrlangga Hartarto (kiri) berbincang saat jalan santai di Monas, Jakarta, Sabtu (8/10/2022). Kegiatan jalan santai tersebut merupakan silaturahmi dan konsolidasi politik menjelang pemilu 2024. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Bidang Politik dan Keamanan PDI Perjuangan Puan Maharani (kanan) bersama Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) AIrlangga Hartarto (kiri) berbincang saat jalan santai di Monas, Jakarta, Sabtu (8/10/2022). Kegiatan jalan santai tersebut merupakan silaturahmi dan konsolidasi politik menjelang pemilu 2024. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai peluang bergabungnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan PDIP tetap terbuka. Sebab, PDIP sendiri sudah menegaskan, tetap membuka peluang berkoalisi dengan partai lain selain Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan.

Jamiluddin mengatakan, KIB terbentuk atas restu dari Presiden Joko Widodo. Hal itu yang menyebabkan kecil kemungkinan KIB menolak jika PDIP mengajak berkoalisi. Justru, KIB akan membuka pintu selebar-lebarnya bila PDIP memutuskan bergabung.

Baca Juga

"KIB akan seperti mendapat durian jatuh," kata Jamiluddin kepada Republika.co.id, Kamis (23/2/2023).

Artinya, ia menerangkan, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tampak akan tetap solid bila PDIP bergabung KIB. Sebab, kekuatan KIB otomatis bertambah berlipat ganda dengan kehadiran PDIP.

Meski begitu, kemungkinan muncul persoalan tetap ada, terutama saat menentukan pasangan capres-cawapres. Partai Golkar tampaknya tetap akan mengusung Airlangga Hartarto, sedangkan PAN kemungkinan mengusung Ganjar Pranowo atau Erick Thohir.

Selain itu, ia melihat, PPP kemungkinan mengusung Sandiaga Uno jika benar-benar bergabung. Kalau masing-masing partai memaksakan calonnya menjadi capres, ada kemungkinan KIB bubar. PDIP juga akan tidak berkenan bila PAN mengusung Ganjar.

"Kalau itu terjadi, ada kemungkinan Golkar dan PDIP berkoalisi. PAN dan PPP akan tetap bergabung selama mendapat restu Jokowi," ujar Jamiluddin.

Tapi, bila Jokowi tidak merestui, ada kemungkinan PAN dan PPP bergabung ke KKIR bersama Prabowo Subianto. Namun, kemungkinan ini kecil karena Jokowi tidak akan mau bertentangan dengan PDIP. Hal ini akan membuat PPP dan PAN harus mengalah.

Maka itu, ada kemungkinan KIB utuh bersama PDIP. Namun, kalau koalisi tersebut mengusung Airlangga-Puan atau sebaliknya, peluang menang memang relatif kecil. Sebab, baik Puan maupun Airlangga, saat ini elektabilitas mereka masih rendah.

Sekalipun digenjot, lanjut Jamiluddin, elektabilitas kedua sosok itu tidak akan naik signifikan, tidak akan mendekati Prabowo, Anies, atau Ganjar. Jadi, meski koalisi itu dapat mengusung Airlangga-Puan, namun peluang menang sangat kecil.

"Kedua sosok ini memang layaknya hanya menjadi cawapres bila dilihat dari elektabilitasnya," kata Dosen Komunikasi Esa Unggul tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement