REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan negara-negara yang belum mengecam invasi Rusia ke Ukraina seperti India dan Afrika Selatan tampaknya berada dalam jalur menjauh dari Moskow. Tapi prosesnya tidak akan terjadi dengan cepat.
"Terdapat negara-negara yang memiliki hubungan lama, puluhan tahun dengan Rusia, dengan Uni Soviet sebelumnya, sulit untuk memutusnya dalam satu gerakan, ini bukan mematikan saklar lampu, ini memindahkan sebuah kapal induk," kata Blinken pada majalah The Atlantik, dalam perigatan satu tahun perang Ukraina, Kamis (23/2/2023).
India ditekan Barat untuk menjaga jarak dengan Moskow setelah invasi ke Ukraina. Sejauh ini New Delhi bergeming dari tekanan itu, dengan merujuk hubungan lama dengan Rusia dan kebutuhan ekonomi dan minyaknya.
Rusia merupakan pemasok senjata terbesar India sejak zaman Uni Soviet. Namun beberapa tahun terakhir Washington membujuk New Delhi untuk menjauh dari pemasok militer utamanya.
India ingin memodernisasi armada pesawat tempurnya yang sebagian besar diproduksi Uni Soviet untuk meningkatkan kemampuan tempur di udara. Sementara muncul kekhawatiran perang di Ukraina akan memperlambat pasokan dari Rusia.
"Selama beberapa dekade India memiliki Rusia yang menjadi pemasok utama peralatan militer dan pertahanannya, tapi beberapa tahun terakhir kami telah melihat (India) berada di jalur menjauh dari Rusia dan bergerak menuju kemitraan dengan kami dan negara-negara lain," kata Blinken.
Blinken menambahkan ia memahami alasan hubungan kuat Afrika Selatan dengan Rusia. Ia mengakui penyesalan Washington atas pendekatan "simpatik" rezim era-apartheid di Afrika Selatan.
Partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa di Afrika Selatan sejak kekuasaan minoritas kulit putih berakhir tahun 1994 memiliki hubungan kuat dengan Uni Soviet. Negeri Tirai Besi itu melatih dan mendukung aktivis anti-apartheid selama Perang Dingin.
Pahlawan anti-apartheid Afrika Selatan, Nelson Mandela yang meninggal dunia tahun 2013 dan ikon dunia, dicurigai oleh Washington selama Perang Dingin. Ia bahkan masuk daftar teroris AS saat itu.
"Uni Soviet mendukung pasukan kemerdekaan di Afrika Selatan, dan tentu sayangnya, lebih dari sayangnya, Amerika Serikat terlalu bersimpati pada rezim apartheid, jadi seperti yang anda tahu, sejarah itu tidak dapat dihapus dalam satu malam, itu butuh proses," kata Blinken.