Jumat 24 Feb 2023 12:25 WIB

Supremasi Kulit Putih Dalang 80 Persen Pembunuhan Ekstremisme di AS

80 persen penembakan massal di AS berkaitan dengan ekstremisme dilakukan kulit putih

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang berpelukan di luar tempat kejadian setelah penembakan di supermarket pada Sabtu, 14 Mei 2022, di Buffalo, N.Y. Organisasi masyarakat sipil Anti-Defamation League (ADL) merilis data yang menunjukkan hampir 80 persen penembakan massal di Amerika Serikat (AS) berkaitan dengan ekstremisme dilakukan supremasi kulit putih.
Foto: AP/Joshua Bessex
Orang-orang berpelukan di luar tempat kejadian setelah penembakan di supermarket pada Sabtu, 14 Mei 2022, di Buffalo, N.Y. Organisasi masyarakat sipil Anti-Defamation League (ADL) merilis data yang menunjukkan hampir 80 persen penembakan massal di Amerika Serikat (AS) berkaitan dengan ekstremisme dilakukan supremasi kulit putih.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Organisasi masyarakat sipil Anti-Defamation League (ADL) merilis data yang menunjukkan hampir 80 persen penembakan massal di Amerika Serikat (AS) berkaitan dengan ekstremisme dilakukan supremasi kulit putih.

Kelompok itu melabelkan 25 pembunuhan tahun 2022 "berkaitan dengan ekstremis" dan 18 diantaranya "dilakukan baik sebagian atau seluruhnya bermotif ideologis."

Laporan ADL menunjukkan dua penembakan massal tahun lalu di AS berkaitan dengan ekstremisme. Satu penembakan massal di Buffalo, New York, pada bulan Mei, di mana supremasi kulit putih menembak 10 orang kulit hitam dan satu penembakan di Colorado Springs pada bulan November menewaskan lima orang di sebuah klub malam LGBTQ.

"Semua pembunuhan yang berkaitan dengan ekstremisme pada tahun 2022 dilakukan berbagai macam supremasi kulit putih sayap kanan," kata ADL dalam laporannya, Kamis (24/2/2023).

Pusat Ekstremisme ADL melaporkan secara keseluruhan pembunuhan ekstremisme tahun lalu turun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 33 pembunuhan. ADL mendokumentasikan 22 pembunuhan yang berkaitan dengan ekstremis pada tahun 2020.

Kelompok hak sipil itu juga telah mengungkapkan kekhawatiran mengenai supremasi kulit putih di AS beberapa tahun terakhir. Presiden AS Joe Biden menggambarkan supremasi kulit putih sebagai racun dan meminta rakyat AS untuk menolaknya.

Pada bulan Desember ini membentuk kelompok antar-lembaga untuk mengkoordinasikan upaya melawan anti-semitisme, Islamophobia dan segala bentuk yang berkaitan dengan bias dan diskriminasi.

Isu supremasi kulit putih kembali menjadi topik perbincangan di AS tahun lalu. Ketika mantan Presiden Donald Trump menjamu pemimpin supremasi kulit putih Nick Fuentes di klub pribadinya di Florida. Trump mengatakan pertemuannya dengan Fuentes tidak sengaja ketika ia sedang makan malam dengan musisi Ye yang dulu dikenal sebagai Kanye West.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement