REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memastikan saat ini indikator ekonomi menunjukkan kondisi positif. Deputi Gubernur BI Aida S Budiman mengatakan, saat ini kondisi perekonomian Indonesia tetap terjaga.
"Kita tutup tahun (2022) dengan pertumbuhan perekonomian 5,3 persen dan inflasi juga menurun jadi 5,5 persen dan pada Januari 2023 5,28 persen," kata Aida dalam kegiatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Provinsi Sumatra Selatan yang disiarkan secara daring, Jumat (24/2/2023).
Aida juga mengharapkan pertumbuhan yang sama pada 2023. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bisa mencapai 4,5-5,3 persen.
"Bias atasnya ini mudah-mudahan datang dari ekonomi Cina yang sekarang ini mereka sudah melakukan penghapusan zero covid policy," tutur Aida.
Aida mengatakan, pelonggaran yang sudah dilakukan Cina diproyeksikan tetap menjaga ekspor Indonesia. Dengan begitu, konsumsi swasta juga menurutnya akan terus terjadi termasuk juga investasi.
Dia menambahkan, BI juga meyakini inflasi pada 2023 bisa berada di bawah empat persen pada semester II 2023. Aida menilai, kondisi itu dapat membuat Indonesia dalam posisi yang stabil serta makroekonomi pulih dan bangkit menuju Indonesia maju 2045.
Aida menilai, pertumbuhan ekonomi di Sumatra Selatan juga memiliki tren positif. "Sumatra Selatan pun sama trennya dengan nasional semuanya membaik, kemarin 2022 mendapatkan penghargaan tidak saja di inflasi tetapi juga di dalam elektronika," ungkap Aida.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, GNPIP tingkat nasional di Sumatra dipusatkan di Sumatra Selatan. Herman menyebut, Sumatra Selatan merupakan satu provinsi tua yang pada 2022 dinyatakan sebagai provinsi terbaik dari 10 provinsi dalam pengendalian inflasi.
"Ekonomi bahkan kontraksi di sektor transportasi dan jasa. Sementara komoditas pertanian menjadi kontribusi paling besar, kemungkinan terjadinya inflasi ada 20 persen nilainya," tutur Herman.