Jumat 24 Feb 2023 18:02 WIB

Saham Teknologi Melesat, IHSG Berakhir Menguat di Akhir Pekan

Sektor teknologi memimpin penguatan diikuti kesehatan, energi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, turun 0,25 persen atau 17,03 poin ke level 6.880 pada penutupan perdagangan Jumat (10/2/2023) sore ini.
Foto: Republika/Prayogi.
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, turun 0,25 persen atau 17,03 poin ke level 6.880 pada penutupan perdagangan Jumat (10/2/2023) sore ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada perdagangan Jumat (23/2/2023). Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di zona hijau dan ditutup naik 0,25 persen ke level 6.856,57.

Sektor teknologi memimpin penguatan diikuti kesehatan, energi, transportasi dan logistik, industri, konsumen non-primer dan infrastruktur. Nilai transaksi yang terjadi pada perdagangan hari senilai Rp 8,93 triliun.  

Baca Juga

Penguatan IHSG terjadi di tengah indeks saham Asia yang ditutup beragam menjelang rilis sejumlah data ekonomi AS nanti malam. Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index, indikator favorit bank sentral AS the Fed untuk mengukur inflasi diprediksi akan memperlihatkan akselerasi di tengah kokohnya pertumbuhan Pendapatan (Income) dan Belanja (Spending).

"Akselerasi kenaikan PCE Price Index akan menambah panjang daftar data ekonomi yang memperkuat alasan bagi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan the Fed menjadi 5,25 persen dan mempertahankannya di level tersebut untuk waktu yang lebih lama," kata Phillip Sekuritas Indonesia, Jumat (24/2/2023).

Saat ini suku bunga FFR berada dalam kisaran 4,5 persen-4,75 persen. Rapat dengar pendapat antara Kazuo Ueda, calon gubernur baru bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) dengan Parlemen Jepang juga berhasil meredakan ketakutan berakhirnya kebijakan moneter super longgar.

Kazuo Ueda memberitahu parlemen kenaikan inflasi akan segera mencapai puncaknya. Ueda juga menambahkan kebijakan moneter yang super longgar saat ini sudah tepat namun BOJ dapat mulai bergerak ke arah normalisasi kebijakan jika inflasi sudah semakin mendekati target dua persen.

Data terkini memperlihatkan inflasi inti Januari Jepang mencapai tingkat tertinggi dalam 41 tahun karena dunia usaha membebankan kenaikan biaya kepada konsumen sehingga memberi tekanan pada BOJ untuk menarik paket stimulus moneter. Inflasi inti (core CPI) naik 4,2 persen yoy di bulan Januari, sesuai dengan ramalan pasar dan lebih cepat dari kenaikan 4,0 persen yoy pada Desember 2022.

Di tingkat global, Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann mengatakan prospek ekonomi global sedikit lebih cerah di awal tahun ini dari dua atau tiga bulan lalu namun tantangan inflasi masih ada dan harus segera di pecahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement