REPUBLIKA.CO.ID, ANTAKYA -- Turki telah meningkatkan rencana untuk menampung para korban gempa dahsyat yang melanda wilayah perbatasannya dengan Suriah. Gabungan jumlah korban meninggal di kedua negara merayap menuju 50 ribu jiwa.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan, 313 ribu tenda telah didirikan. Sebanyak 100 ribu rumah kontainer akan dipasang di zona bencana yang membentang ratusan kilometer ke pedalaman dari pantai Mediterania Turki dan Suriah.
Lebih dari 600 ribu apartemen dan 150 ribu tempat komersial mengalami setidaknya kerusakan sedang. "Kota kami akan dibangun di tempat yang tepat, anak-anak kami akan hidup di kota yang lebih kuat. Kami tahu ujian seperti apa yang kami hadapi, dan kami akan keluar dari sini dengan lebih kuat," katanya kepada penyiar TRT Haber.
Soylu mengatakan, pihak berwenang memperluas penyelidikan terhadap kontraktor bangunan Turki yang diduga melanggar standar keselamatan dan melipatgandakan skala kehancuran. Dia mengumumkan, 564 tersangka telah diidentifikasi, dengan 160 orang secara resmi ditangkap dan banyak lagi yang masih dalam penyelidikan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan sebelumnya, sekitar 865 ribu orang tinggal di tenda dan 23.500 di rumah kontainer. Sementara 376 ribu tinggal di asrama mahasiswa dan penginapan umum di luar zona gempa. Erdogan telah berjanji untuk membangun kembali perumahan dalam waktu satu tahun.
Erdogan kini menghadapi tuduhan dari partai oposisi bahwa pemerintahnya sendiri gagal menegakkan peraturan bangunan. Bahkan sebelum gempa berkekuatan 7,8 melanda pada 6 Februari, jajak pendapat menunjukkan dia berada di bawah tekanan dari krisis biaya hidup yang dapat memburuk karena bencana tersebut telah mengganggu produksi pertanian di Turki selatan.
“Tidak ada yang tersisa di kota. Tidak ada yang bisa dilakukan,” kata Caner Ozdemir setelah turun dari bus yang datang dari Kirikhan ke stasiun kereta di kota pesisir Iskenderun.
Mahasiswa sejarah berusia 19 tahun itu bepergian dengan dua adik laki-lakinya ke Mersin, tempat orang tua dan saudara kandungnya tinggal bersama kerabat. Dia berkata bahwa sekarang ingin bermigrasi ke Swiss dan melanjutkan studinya di sana.
Sedangkan warga lain yang rumahnya hanya mengalami kerusakan ringan, mengatakan ingin kembali. Lami Soyler yang merupakan seorang pensiunan mekanik mengaku lelah berlindung di kamp yang penuh sesak.
Pria berusia 53 tahun itu mengunjungi apartemennya di Iskenderun untuk mengumpulkan pakaian bersih dan perbekalan. Dia kemudian bertemu dengan tetangganya dan memberi tahu mereka bahwa berencana untuk kembali bersama istri dan putranya. "Kami sudah cukup," katanya.
Soyler mengatakan, para insinyur kota memeriksa bangunan itu dan menyatakan bahwa bangunan itu hanya rusak ringan dan cukup aman untuk ditinggali. "Jika Anda kembali, mungkin kami juga akan melakukannya," jawab seorang tetangga.
Bank sentral Turki menurunkan suku bunga sebesar 50 poin menjadi 8,5 persen pada Kamis. Tindakan ini seperti yang diharapkan untuk mendukung pertumbuhan setelah gempa.
"Menjadi lebih penting untuk menjaga kondisi keuangan yang mendukung untuk menjaga momentum pertumbuhan produksi industri dan tren positif dalam lapangan kerja setelah gempa bumi," kata bank tersebut setelah pertemuan kebijakan bulanannya.
Jumlah orang yang meninggal di Turki telah meningkat menjadi 43.556, sementara di Suriah jumlah korban meninggal mendekati 6.000. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, lebih dari 4.500 meninggal di barat laut Suriah yang dikuasai pemberontak, dan pemerintah Suriah mengatakan, 1.414 orang meninggal di daerah yang dikuasainya.