Sabtu 25 Feb 2023 14:38 WIB

Pelaku Industri Mamin: Personalisasi Produk Masih Menantang

Personalisasi produk dapat membuat stok produk meningkat eksponensial.

Red: Fuji Pratiwi
Karyawan menata produk minuman di sebuah supermarket, di Jakarta, Senin (2/1/2023) (ilustrasi). Pelaku industri makanan dan minumam (mamin) juga masih mengalami kendala dalam menghasilkan produk personal.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menata produk minuman di sebuah supermarket, di Jakarta, Senin (2/1/2023) (ilustrasi). Pelaku industri makanan dan minumam (mamin) juga masih mengalami kendala dalam menghasilkan produk personal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku industri makanan dan minumam (mamin) juga masih mengalami kendala dalam menghasilkan produk personal.

Kementerian Perindustrian menilai, salah satu tren yang perlu diikuti oleh industri makanan dan minuman (mamin) adalah kebutuhan konsumen akan personalisasi produk. Konsumen kini menginginkan produk yang bisa dikustomisasi, unik, dan cocok dengan kepribadian masing-masing.

Baca Juga

Dalam siaran pers yang disampaikan Kemenperin dilansir Antara, Sabtu (25/2/2023), Head of Manufacturing PT Greenfields Indonesia Darmanto Setyawan menyatakan, personalisasi produk menjadi tantangan sendiri bagi produsen. Apabila perusahaan tersebut menyediakan produk-produk yang melayani berbagai kelompok umur, sedangkan kebutuhan gizi seseorang akan berbeda-beda di setiap tahapan kehidupan, hal ini dapat menyebabkan stock keeping unit (SKU) perusahaan meningkat secara eksponensial.

Kata Darmanto, pengelola peningkatan SKU terkait dengan bahan persediaan, formulasi, perencanaan produksi dan penjadwalan serta efisiensi karena kerugian material dan perubahan dari waktu ke waktu itu sangat kompleks. "Dampaknya, adalah perlu kontrol lebih dari validasi bahan baku, kontrol proses dalam produksi dan perlunya transparansi yang lebih besar, termasuk traceability," ungkapnya.

Walau demikian, langkah-langkah digitalisasi industri mamin terus ditempuh untuk menuju terwujudnya personalisasi produk. Greenfields sudah mulai menerapkan digitalisasi dalam proses produksinya. Misalnya melalui penggunaan sistem manajemen mutu untuk menentukan kandungan lemak dari susu mentah.

Hal itu membantu perusahaan memutuskan produk mana yang akan diproduksi dari sudut pandang perencanaan dan penjadwalan produksi. "Dengan kolaborasi perencanaan quality control dan proses produksi, informasi yang didapatkan secara digital ini juga membantu dalam mempersingkat waktu pelepasan produk ke pasar," kata Darmanto.

Selain itu, solusi digital juga membantu meningkatkan efisiensi dalam produksi. Misalnya, untuk mengontrol kedaluwarsa bahan dan dokumentasi seperti standar dan sertifikat halal.

"Digitalisasi juga membantu dalam pengelolaan dan otomasi jadwal pengujian dan pemantauan dalam proses. Hal ini dilakukan melalui pengambilan sampel dan pencatatan semua tes untuk setiap batch bahan baku, bahan dalam proses/setengah jadi, maupun produk akhir," ungkap Darmanto menjelaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement