REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kepolisian Selandia Baru terus mencari delapan orang yang masih hilang setelah Topan Gabrielle menyerang bagian utara negara itu dua minggu lalu. Pihak berwenang Selandia Baru memastikan pencarian itu pada Ahad (26/2/2023) pagi, di tengah peringatan cuaca yang juga diprediksi akan lebih buruk.
Badai Gabrielle menghantam wilayah utara pulau di Selandia Baru pada 12 Februari lalu. Kemudian badai ini bergerak menghantam pantai timur, menyebabkan sedikitnya 11 orang tewas dan ribuan orang mengungsi.
"Mencari delapan orang yang masih hilang tetap menjadi prioritas polisi, dan staf kami menjelajahi semua jalan untuk mencoba dan menemukan mereka," kata polisi Selandia Baru pada Ahad pagi dilansir dari Reuters.
Lebih dari 6.000 orang dinyatakan hilang sesaat setelah Badai Gabrielle menghantam, yang mengakibatkan jalur komunikasi terganggu di banyak daerah. Tetapi jumlah itu terus menurun seiring setelah upaya pemulihan dilakukan.
Sementara itu, kondisi cuaca buruk kembali melanda Pulau Utara Selandia Baru pada hari Jumat lalu. Ini ditandai dengan hujan yang cukup lebat di wilayah ini dan mendorong lebih banyak kembali warga yang dievakuasi di Hawke's Bay, salah satu wilayah yang paling terpukul oleh Gabrielle.
Badai telah memicu banjir bandang dan peringatan evakuasi di sekitar wilayah Auckland, kota terbesar di negara itu dengan populasi sekitar 1,6 juta jiwa.
Pada hari Ahad, ramalan cuaca Selandia Baru Met Service memperingatkan kembali bahwa badai mungkin terjadi di kemudian hari, terutama di Pulau Utara dan bagian atas Pulau Selatan. Badan darurat Auckland memperingatkan penduduk kota untuk bersiap-siap menghadapi lebih banyak hujan, yang diperkirakan akan turun pada malam hari.
"Risiko badai petir dan hujan lokal di beberapa bagian negara meningkat besok," kata Metservice.
Peramal cuaca mengatakan ada kemungkinan bahwa dua siklon tropis akan berkembang dalam seminggu ke depan tetapi menambahkan, "Pada tahap ini, risiko dampak langsung terhadap Selandia Baru relatif rendah."