Limbah plastik memang dapat menimbulkan dampak negatif untuk lingkungan apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Sebab itu, pengolahan menjadi sesuatu menarik dapat menjadi pilihan untuk mengurangi limbah plastik.
Wilayah Klayatan sejak dahulu dikenal sebagai sentra produsen raket bulu tangkis di Kota Malang. Sebanyak kurang lebih 19 produsen raket bulu tangkis tersebar di wilayah tersebut, baik dalam skala kecil maupun besar. Hasil produksinya bahkan berhasil menembus pasar nasional melalui pemesanan dari beberapa daerah di luar Malang bahkan dari luar pulau Jawa.
Hal menarik dalam produksi ini adalah dengan memanfaatkan hasil daur ulang dari limbah Reduce, Reuse, Recycle (3R). Limbah ini dikumpulkan dari warga melalui Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) di Kelurahan Bandungrejosari.
Kepala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Bandungrejosari, Edi S. Bahrun mencontohkan, pihaknya turut memproduksi mata ayam raket yang merupakan hasil daur ulang dari limbah 3R. Kegiatan kbk dilaksanakan untuk mengurangi kapasitas sampah.
"Nanti dari limbah mata ayam itu kita daur ulang lagi sehingga terus berkelanjutan,” kata pria yang juga Penanggungjawab Sentra Pembuatan Raket Klayatan.
Edi menjelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memberikan perhatian secara serius terhadap industri ini. Hal tersebut dibuktikan dengan diberikannya enam mesin produksi yang dapat membantu produksi secara massal melalui Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag).
Adapun bantuan tersebut dimulai dari bor duduk, mesin bending frame raket, mesin crusher, mesin inject moulding, serta mesin pengencang raket.
Dengan menggunakan mesin inject, masyarakat bisa produksi hingga 100 sampai 150 kilogram (kg) mata ayam sekali produksi. Hal ini berarti kehadiran mesin tersebut sangat membantu para pengrajin raket di wilayah Klayatan.
Sebelumnya, para pengrajin harus membeli penunjang raket dari pihak ketiga. Namun kini dengan menggunakan mesin inject otomatis tersebut, produksi bisa dilakukan dengan lebih cepat dan masif.
Menurut dia, mesin baru tersebut dapat memproduksi hingga 90 ton. "Dan sekali produksi hanya butuh waktu maksimal 15 detik,” jelasnya.
Wilda Fizriyani