REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyebutkan, kawasan peternakan kambing perah jenis etawa di lereng Gunung Raung juga bisa dikemas menjadi wisata edukasi mengenai susu kambing etawa. "Saat ini telah menjadi tren wisata edukasi di kebun dan peternakan. Ini bisa menjadi wisata edukasi dengan menawarkan pengalaman memerah susu dan edukasi terkait susu etawa. Dengan demikian peternak akan semakin berdaya," kata Ipuk di Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (26/2/2023).
Menurut dia, kawasan ternak kambing perah jenis etawa yang berada di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, itu dalam sepekan mampu menghasilkan 2.000 liter susu etawa. Oleh karena itu, kata Ipuk, potensi susu kambing etawa harus dimanfaatkan salah satunya dengan menjual olahan susu etawa, sehingga produksinya bisa dari hulu ke hilir, selain kawasan peternakan tersebut juga bisa dikemas menjadi wisata edukasi.
"Meski dibilang baru dirintis tapi potensi produksi susu kambing etawa ini sangat besar. Ini bisa menjadi ekonomi kerakyatan yang bisa dicontoh desa lain," ujar dia.
Kawasan peternakan kambing perah jenis etawa di Desa Jambewangi, ini dikelola Kelompok Usaha Bersama (KUB) Panji Makmur yang didirikan sejak 2018, dan usaha ini menggabungkan 15 peternak kambing perah produktif yang ada di lereng Gunung Raung itu. Ketua Kelompok Usaha Bersama Panji Makmur Banyuwangi, Hanif mengatakan bahwa ada sekitar 100 ekor kambing perah produktif yang ada di Jambewangi, dengan rata-rata produksi susu kambing sekitar 2.000 liter per minggu.
"Kalau populasi kambing etawa lebih dari 100 ekor, dan yang produktif diambil susunya sekitar 100 ekor. Per hari untuk yang murni etawa menghasilkan 1 liter susu, sedangkan yang kawin silang bisa sampai 2 liter per hari," ujar Hanif.
Dia menambahkan, masa produktif kambing perah dimulai usia saat kambing berusia 2 tahun dengan masa perah selama 1 tahun lebih. Setelah kambing melewati masa produktif-nya daging kambing bisa dimanfaatkan untuk konsumsi atau stok hewan kurban.