REPUBLIKA.CO.ID, TALLINN -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, ia tidak memiliki pilihan selain mempertimbangkan kemampuan nuklir Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal ini ia sampaikan dalam wawancara stasiun televisi milik Pemerintah Rusia.
Pada bulan ini, Putin menarik mundur Rusia dari kesepakatan persenjataan nuklir New START dengan Amerika Serikat (AS). Sejak awal invasi ke Ukraina ia sudah berulang kali mengatakan Rusia berada dalam ancaman eksistensial. Menurutnya negara anggota NATO ingin Rusia mengalami "kekalahan strategis."
Ia mengatakan, penangguhan perjanjian New START berasal kebutuhan Rusia untuk "memastikan keamanan, stabilitas strategisnya."
"Ketika negara-negara yang memimpin NATO telah mendeklarasikan tujuan utamanya sebagai menimbulkan kekalahan strategis kami, bagaimana bisa kami mengabaikan kemampuan nuklir dalam kondisi ini?" kata Putin, Ahad (26/2/2023).
Tujuan Putin dalam invasi Ukraina tahun lalu untuk mengurangi apa yang ia sebut sebagai ancaman keamanan Rusia. Ia menggunakan alasan itu untuk membenarkan ancamannya menggunakan senjata nuklir dalam konflik.
Pada Selasa (21/2/2023) lalu, Putin mengumumkan menarik mundur Moskow dari perjanjian New START yang dimulai pada 2010. Ia mengatakan, Rusia tidak dapat menerima AS menginspeksi lokasi nuklirnya sementara Washington dan sekutu-sekutunya di NATO ingin melihat kekalahan Rusia di Ukraina.
Presiden Rusia itu menekankan Rusia tidak akan benar-benar mundur dari pakta tersebut. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Rusia akan menghormati batasan senjata nuklir yang disepakati dalam New START dan terus memberitahu AS mengenai uji coba rudal balistiknya.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Russia 1, yang dilakukan satu hari setelah peringatan satu tahun invasi Ukraina, Putin mengatakan, negara-negara NATO bukan dari perjanjian New START. Tapi mereka menjadi bagian dalam "pembahasan masalah ini" yang mana tidak Moskow tolak terutama Rusia tidak dapat mengabaikan kemampuan nuklir NATO.
Putin menuduh Barat ingin menyingkirkan Rusia, gagasan yang terus ia ulang untuk membenarkan serangan skala penuh ke Ukraina. "Mereka memiliki satu tujuan" membubarkan bekas Uni Soviet dan bagian dasarnya - Federasi Rusia," kata Putin.
Ia mengeklaim, bila Barat berhasil menghancurkan dan mengendalikan Rusia, maka rakyat Rusia tidak dapat bertahan sebagai satu bangsa. "Akan ada orang Moskow, orang Ural dan lainnya," kata Putin mengenai kemungkinan fragmentasi rakyat Rusia.
Putin mengatakan, Barat hanya dapat menerima Rusia pada apa yang disebut "keluarga orang-orang beradab", memecah belah Rusia menjadi bagian-bagian yang terpisah. Presiden AS Joe Biden membantah klaim Putin dalam pidatonya di Polandia.
"Amerika Serikat dan negara-negara Eropa tidak ingin mengendalikan atau menghancurkan Rusia, Barat tidak berencana menyerang Rusia, seperti yang Putin katakan hari ini, dan jutaan rakyat Rusia yang hanya ingin hidup damai dengan negara tetangga mereka bukan musuh," kata Biden di Warsawa.