REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Gelombang laut di perairan Selat Bangka lebih berkisar 2,5 meter sampai 4 meter, membuat para penumpang kapal penyeberangan Tanjung Api Api-Muntok resah beberapa hari terakhir. Penumpang kapal fery banyak yang mabuk pelayaran.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh Republika.co.id, Senin (27/2/2023), gelombang laut mencapai 2,5 meter pada siang hari, sedangkan pada malam hari mencapai empat meter. Para penumpang khususnya yang membawa mobil pribadi lebih memilih menyeberang dari Pelabuhan Tanjung Api Api, Sumatra Selatan, menuju Pelabuhan Muntok, Bangka Belitung (Babel) dan sebaliknya pada pagi sampai siang hari.
Pada keberangkatan kapal ferry dari Muntok ke Tanjung Api Api, lama pelayaran mencapai empat sampai lima jam. Pada kondisi gelombang normal, pelayaran hanya berkisar tiga sampai 3,5 jam.
"Kami kemarin (Jumat, 23/2/2023) sampai lima jam, berangkat jam sembilan sampai di Muntok jam dua sore. Lebih lama karena gelombang laut tinggi," kata Aan (50 tahun), warga Palembang yang berpergian ke Pangkalpinang, Bangka Belitung, Selasa (27/2/2023).
Menurut dia, saat berlayar dengan ferry dari Pelabuhan Tanjung Api Api ke Muntok ketika berada di tengah laut Selat Bangka ombak setinggi hampir dua meter. Kapal yang ditumpangi mengalami goncang dan turun naik, sehingga banyak penumpang di dalam kapal mabuk perjalanan.
Ia mengatakan, gelombang laut yang tinggi tersebut membuat para penumpang yang berada di dalam kapal resah dan khawatir kapal karam, karena banyak kapal ferry yang berlayar pada siang hari kapal dengan lambung kecil.
Menurut Yadi, nelayan yang berada di Pangkalpinang, kondisi cuaca pada akhir Februari hingga awal Maret 2023, gelombang laut sedang tinggi-tingginya dalam pekan tersebut. Nelayan yang biasa melaut biasanya sudah mengetahui kondisi gelombang sebelum melaut mencari ikan pada malam hari.
"Dalam dua tiga hari ke depan, gelombang laut masih tinggi dua sampai tiga meter, bisa lebih dari itu. Kami nelayan punya alat sendiri mengetahuinya," kata Yadi.
Keterangan yang diperoleh Republika.co.id, pengelola kapal ferry di Tanjung Api Api dan Muntok, biasanya menurunkan kapal dengan lambung besar dan muatan kendaraan yang banyak pada petang hingga malam hari, dikarenakan gelombang sedang mencapai puncaknya. Sedangkan pada pagi hingga petang hari, biasanya PT ASDP menurunkan kapal dengan lambung sedang, dikarenakan gelombang air laut sedang.
"Biasanya, kapal besar itu turun petang sampai malam hari, karena memang gelombang tinggi," kata Dedi, penumpang kapal ferry yang biasa melintasi Selat Bangka dengan membawa kendaraan pribadi.
Ia mengatakan, saat menyeberang dari Pelabuhan Muntok ke Tanjung Api Api pada Ahad (26/2/2023), gelombang di tengah Selat Sunda tinggi, namun karena kapal yang ditumpanginya berlambung besar, goncangan tidak terlalu berpengaruh.