Selasa 28 Feb 2023 06:05 WIB

Aktivis Belarusia Klaim Ledakan Pesawat Pengintai Rusia

Pesawat pengintai canggih Rusia diledakkan dalam sebuah serangan drone.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat pengintai canggih milik Rusia Beriev A-50.
Foto: wikipedia.org
Pesawat pengintai canggih milik Rusia Beriev A-50.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Aktivis anti-pemerintah Belarusia mengatakan mereka meledakan pesawat pengintai canggih Rusia dalam serangan drone di lapangan udara dekat Ibukota Minsk. Baik Rusia maupun Belarusia tidak mengkonfirmasi klaim tersebut.

Pesawat yang diledakan adalah Beriev A-50 yang Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebut sebagai Mainstay. Pesawat peringatan dini dengan kemampuan kontrol dan komando dan melakukan pelacakan pada 60 target dalam satu waktu.

Baca Juga

Belarusia merupakan sekutu dekat Rusia yang mengizinkan wilayah digunakan untuk landasan melancarkan serangan ke Ukraina. Sejauh ini Minsk belum terlibat langsung dalam invasi Rusia ke Ukraina.

"Drone-drone (yang mengggelar serangan), peserta operasi ini orang-orang Belarusia," kata pemimpin organisasi anti-pemerintah Belarusia, BYPOL, Aliaksandr Azarov, seperti dikutip di saluran Telegram organisasi itu dan saluran media asal Polandia, Belsat, Senin (27/2/2023).

Azarov belum memberikan bukti pernyataannya. Mantan petugas penegak hukum yang mendukung politisi oposisi ikut bergabung di BYPOL.

Minsk menetapkan organisasi ini sebagai kelompok teroris. Sementara Belsat yang menyajikan laporan kritis tentang Belarusia juga dianggap sebagai kelompok ekstremis.  

Azarov mengatakan rencana operasi meledakan pesawat Rusia itu digelar selama berbulan-bulan. Ia menambahkan "partisan"akan menggelar lebih banyak serangan di masa depan.

"Kami sedang melanjutkan perang kami melawan penjajah Rusia di wilayah Belarusia dan rezim penjahat (Presiden Alexander) Lukashenko yang merebut kekuasaan dengan tidak sah," katanya.

Kremlin menolak untuk mengomentari klaim Azarov dengan mengatakan insiden yang dituduhkan terjadi di wilayah Belarusia. Tapi negara itu juga membantah klaim tersebut. Permintaan komentar tidak direspon dengan cepat baik oleh kementerian Belarusia maupun Rusia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement