REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Agama (Kemenag) menggelar pelatihan deteksi dini konflik sosial keagamaan yang diikuti 400 orang dan diselenggarakan dalam dua gelombang.
"Konflik yang sifatnya keagamaan dan kebangsaan harus segera kita lakukan deteksi sedini mungkin sehingga sebelum ada konflik, kita mampu mencegahnya," ujar Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Suyitno di Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Suyitno mengatakan konflik sosial keagamaan bukan hanya di Indonesia, namun di semua tempat di dunia ini. Indonesia dengan keberagamannya baik itu agama, suku, maupun bahasa, memiliki potensi terjadinya konflik sosial keagamaan.
Menurutnya, deteksi dini memerlukan langkah-langkah preventif sejak awal. "Mengetahui bagaimana melakukan langkah-langkah yang sifatnya preventif dan mitigatif dan bagaimana mampu memetakan permasalahan," kata Suyitno.
Ia berharap para alumni pelatihan mendapatkan masukan untuk mendeteksi potensi konflik dan terjun dengan langsung memberikan laporan di lapangan.
Sementara itu Kepala Pusat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kemenag Mastuki mengungkapkan pelatihan ini adalah tahun kedua dari rencana implementasi program unggulan religiosity index.
"Pelatihan deteksi dini konflik sosial ini termasuk kategori program unggulan Pusdiklat yang menggunakan pendekatan policy based training. Kurikulum dirancang oleh tim terdiri dari beberapa ahli terkait," ujar Mastuki.
Pelatihan dilaksanakan dalam dua gelombang. Gelombang pertama pada 27 Februari sampai 4 Maret 2023 dan gelombang kedua dilaksanakan pada 6 hingga 11 Maret 2023.
Ia mengatakan gelombang pertama dibagi menjadi enam angkatan dengan jumlah peserta 202 orang yang terdiri dari para Kabid Penais, Pembimas Hindu, Pembimas Buddha dan Khonghucu Kanwil Kemenag Provinsi seluruh Indonesia, ketua/pengurus rumah moderasi beragama perguruan tinggi keagamaan Islam, dan perwakilan eselon II pusat serta FKUB dari Provinsi DKI Jakarta dan kota di Jakarta.
Selanjutnya, kata Mastuki, peserta angkatan VII-XII berasal dari para Pembimas Kristen, Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi seluruh Indonesia, ketua/pengurus rumah moderasi beragama perguruan tinggi Islam.
Kemudian wakil rektor/wakil ketua perguruan tinggi keagamaan non Islam bidang kemahasiswaan, perwakilan eselon II pusat, FKUB dari Provinsi DKI Jakarta dan kota di Jakarta, Jabodetabek, dan Pokjaluh semua agama di kabupaten/kota di DKI Jakarta.
"Total peserta untuk Gelombang 2 berjumlah 198 orang," kata Mastuki.