REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah kelompok advokasi Palestina yang berbasis di Inggris, Friends of Al-Aqsa (FoA) mendesak umat Islam di Eropa untuk memboikot kurma Israel karena bulan suci Ramadhan mendekat.
FoA meluncurkan kampanye tahunan #CheckThe Label pekan lalu, di tengah serangan Israel yang sedang berlangsung di wilayah pendudukan Palestina.
“Dengan memilih untuk tidak membeli kurma Israel pada Ramadhan ini, komunitas Muslim dapat mengirim pesan yang jelas dan kuat untuk mengutuk pendudukan ilegal Israel dan apartheid di Palestina,” kata Shamiul Joarder di FoA, dilansir dari The New Arab pada Selasa (28/2/2023).
Selama Ramadhan, bulan puasa umat Islam, terdapat lonjakan konsumsi kurma di Eropa. Umat Islam berbuka puasa saat matahari terbenam dengan buah tersebut, sesuai dengan tradisi Islam.
Menurut Pusat Promosi Impor dari negara berkembang (CBI), setiap tahun Eropa mengalami lonjakan konsumsi kurma selama Ramadhan dan di musim dingin bertepatan dengan Natal.
Sementara menurut FoA, Israel adalah produsen kurma Medjoul terbesar di dunia dan mengekspor lebih dari 50 persen produknya ke Eropa. Sebagian besar kurma ini ditanam di permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki.
"Saatnya memperbaharui komitmen kita terhadap BDS Ramadhan ini. Kita harus ingat sebagai komunitas kita kuat, kita dapat membuat suara kita didengar melalui tindakan sederhana mengembalikan kurma Israel ke rak. Yang perlu kita lakukan hanyalah #CheckTheLabel dan tidak membeli kurma dari apartheid Israel," kata Joarder.
Adapun peluncuran kampanye tersebut terjadi ketika Tepi Barat yang diduduki menyaksikan salah satu episode paling berdarah dalam ingatan baru-baru ini. Pasukan dan pemukim Israel telah membunuh setidaknya 62 orang dewasa dan anak-anak Palestina.
FoA telah menandai 17 Maret, Jumat terakhir sebelum Ramadhan, sebagai hari aksi untuk mendorong umat Islam memeriksa label pada kemasan kurma untuk memastikan mereka bukan dari Israel.