Selasa 28 Feb 2023 13:59 WIB

Atasi Banjir Solo Raya, BBWS Ajukan Anggaran Rp 50 Miliar ke KemenPUPR

Anggaran dipakai untuk menambah peralatan penanganan banjir dan normalisasi sungai.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
 Kepala BBWS Maryadi Utama memberikan keterangan soal rencana pembangunan parapet untuk mengatasi banjir di Solo, Selasa (28/2/2023)
Foto: Muhammad Noor Alfian
Kepala BBWS Maryadi Utama memberikan keterangan soal rencana pembangunan parapet untuk mengatasi banjir di Solo, Selasa (28/2/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo telah mengajukan dana sebesar Rp 50 miliar ke Kementerian PUPR untuk penanganan banjir di Solo Raya.

"Anggaran yang diusulkan ke Pak Menteri mungkin untuk hal ini sekitar Rp 50 miliar," kata Kepala BBWS Bengawan Solo, Maryadi Utama, saat di Balai Kota Solo, Selasa (28/2/2023).

Maryadi mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk penambahan peralatan penanganan banjir hingga normalisasi sungai. "Tambahan pompa, rumah stasiun pompa, dan parapet termasuk normalisasi sungai," katanya.

Selain itu, dalam rangka penanganan banjir di Kota Solo, ia mengatakan akan melakukan pembuatan parapet sepanjang 250 meter di Kali Wingko. "Langkah-langkah yang akan kita ambil kita sudah petakan di titik-titik Joyotakan terus di Sunggingan itu akan kita buat parapet sepanjang 250 meter. Parapet di Sungai Wingko di perbatasan Surakarta dan Sukoharjo," ujar dia.

Maryadi mengatakan pembangunan parapet direncanakan dimulai pada 2023 ini. Hal tersebut mengingat banjir beberapa waktu lalu yang diakibatkan curah hujan tinggi di beberapa daerah di Solo Raya. Hasil evaluasi memang diperlukan kapasitas pompa yang mumpuni untuk mengeluarkan air.

"Kita evaluasi kemarin ini merupakan banjir curah hujan tertinggi selama 10 jam dari jam 2 sampai jam 11 malem kita berbarengan lalu debit dari banjir di Klaten khususnya Sungai Dengkeng dan Samin. Ditambah juga hujan di hulu di Wonogiri dan sekitarnya itu masuk semua ke Bengawan Solo di Stasiun Jurug ini kemarin siaga merah. Ditambah kapasitas pompa kita tidak bisa mengimbangi," katanya.

Terkait hal itu, pihaknya sudah melakukan evaluasi dengan menambah beberapa stasiun pompa yang berkapasitas rata-rata 500 liter per speed setiap pompanya dan ditambah dua unit mobil PAM. "Ini mudah-mudahan bisa mengantisipasi ke depannya. Kemarin memang banjir terbesar dan ini terjadi setelah 16 tahun," jelas dia.

Adapun untuk penangan jangka pendek akan dibuat klep di sisi Sungai Premulung. Diharapkan dengan pembuatan sarana tersebut tidak terjadi banjir besar seperti beberapa waktu yang lalu.

"Jangka pendeknya kami akan membuat pintu klep di sisi mitra 10 (Sungai Premulung) itu juga bisa siapkan dananya kebetulan ada dan kita memperbaiki beberapa pintu yang kemarin masukan dari wali kota juga ada kebocoran klep dan parapet itu kami koordinasi juga dengan PDAM," terangnya.

Sementara itu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengungkapkan wilayah Joyotakan merupakan wilayah yang paling rawan terjadi banjir. Sehingga perlu dilakukan penanganan dengan pembuatan retensi air.

"Paling rawan, tadi kan sudah kita lakukan pemetaan dan paling rawan di situ. Nanti kita akan penentuan lokasi kolam retensi air. Sudah ada satu lokasi tapi mau ditelusuri dulu waktu itu tanah siapa, di Joyotakan ditunggu wae," ungkap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement