REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Pemerintah Inggris mengecam aksi pemukim Israel membakar puluhan rumah dan mobil milik warga Palestina di Huwara, Nablus, Tepi Barat. Inggris pun menyoroti tewasnya satu warga Palestina dalam kejadian tersebut.
“Ngeri dengan adegan kekerasan pemukim di Huwara dan desa-desa terdekat kemarin (Ahad, 26 Februari 2023), dengan sekitar 400 warga Palestina terluka dan puluhan rumah, tempat usaha, dan mobil dibakar,” kata Konsulat Jenderal (Konjen) Inggris di Yerusalem dalam sebuah pernyataan, Senin (27/2/2023), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Inggris turut menyoroti tewasnya seorang warga Palestina, Sameh Aqtash, dalam kerusuhan di Huwara. “Inggris mengutuk pembunuhan Sameh Aqtash selama serangan yang sama oleh pemukim dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarganya,” kata Konjen Inggris di Yerusalem.
Konjen Inggris menyebut, Sameh adalah pekerja bantuan Palestina yang mempertaruhkan nyawa dalam operasi penyelamatan gempa di Turki. “Kami mendesak Pemerintah Israel meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan mengerikan ini,” kata Konjen Inggris.
Pada Ahad (26/2/2023) malam lalu, puluhan pemukim Israel membakar puluhan rumah dan mobil milik warga Palestina di Huwara. Aksi anarkistis itu terjadi setelah seorang warga Palestina membunuh dua pemukim Yahudi. Hal tersebut kian memanaskan situasi di Tepi Barat. Menurut media Palestina, terdapat sekitar 30 rumah dan mobil yang dibakar para pemukim Israel.
Dalam pidatonya di Sidang Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB ke-52 di Jenewa, Swiss, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki menyinggung tentang insiden di Huwara. “Anda telah melihat foto-foto mengerikan dari serangan oleh para pemukim Israel terhadap komunitas Palestina yang tak berdaya di Huwara, Burin, dan lainnya tadi malam,” ucapnya, dikutip WAFA.
Dia mengatakan, serangan pemukim teroris semacam itu dilakukan di bawah perlindungan pasukan Israel. “Ini bukan kampanye teror pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir dan bahwa warga Palestina membutuhkan perlindungan tetapi menolak untuk menawarkannya,” ujar Al-Maliki.
Al-Maliki menilai, Israel diberi status perlakuan luar biasa yang memungkinkannya terus melakukan kejahatan dengan impunitas lengkap. “Sementara itu rakyat Palestina diminta menahan diri, memiliki kesabaran tak terbayangkan oleh manusia, dan yang paling parah, diharapkan menahan diri untuk tidak mencari jalan keluar,” ucapnya.
Ia menyebut, selama setahun terakhir, Israel membunuh lebih banyak warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki dibandingkan dalam kurun 16 tahun. Sejak tahun ini dimulai, pasukan pendudukan Israel telah membunuh dan melukai ratusan warga Palestina, menghancurkan puluhan rumah, mengepung kota-kota dan kamp-kamp pengungsi; menghukum lusinan keluarga tak berdosa dan merampas hak-hak dasar tahanan Palestina termasuk akses yang layak ke air dan makanan.
Selain itu, Israel terus memperluas pemukiman kolonial ilegal di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem. Israel mengadopsi kebijakan dan praktik yang semakin memperkuat kolonisasi dan apartheid. “Dengan kata lain, Israel tidak melakukan upaya apapun untuk melakukan kejahatan tanpa hukuman,” ujar Al-Maliki.