Selasa 28 Feb 2023 20:39 WIB

Beda Karakter Remaja di Tiap Generasi

Sebagian remaja sekarang sibuk dengan kegiatan di luar kompetensi spiritual.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah anak remaja berkumpul. (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Sejumlah anak remaja berkumpul. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Sekolah SMA 3 Muhammadiyah, Fitri Sari Sukmawati, mengungkapkan sejumlah perbedaan karakter generasi Z saat ini dengan karakter generasi sebelumnya. Menurut Fitri, generasi saat ini cenderung ingin instan.

"Jadi hampir tidak punya kesabaran, jadi inginnya instan. Ini kita lihat kalau menginginkan sesuatu itu tidak ingin prosedurnya A, B, C yang harus dilewati, tapi mereka bagaimana ingin cepat meraih sesuatu. Nah, ambisinya memang besar anak-anak sekarang karena rasa percaya dirinya tinggi, bekalnya kan banyak ya untuk seorang anak yang kita sebut digital native sekarang ini, mereka kepercayaan dirinya tinggi tetapi itu tadi inginnya instan," kata Fitri kepada Republika, Selasa (28/2/2023).

Kemudian, Fitri melihat remaja saat ini dinilai kurang memiliki kepekaan sosial. Mereka justru menyampaikan banyak alasan saat diminta untuk berempati. Selain itu, remaja saat ini juga dinilai susah menerima saat diberi nasihat.

"Kepekaan sosial sudah mulai berkurang, terus susah diberi nasihat dari orang yang lebih tua, kalau diberi nasihat tidak paham, tapi kalau diberi nasihat itu seperti tidak terima, anak-anak sekarang seperti itu, jadi kita memang harus hati-hati sebagai guru, di saat memahamkan karena mereka bisa dengan mudah membalikan kata-kata dari seorang guru, itu bisa jadi," ujarnya.

Untuk itu menurutnya seorang guru dinilai perlu lebih 'ngemong' kepada mereka. Apalagi kurikulum saat ini seorang guru harus lebih berpihak kepada siswa.

"Kenapa kita harus berpihak kepada siswa, ya siswa itu memang harus diemong banget secara karakter ya," jelas perempuan yang memiliki pengalaman mengajar selama 17 tahun tersebut.

Selain itu, Fitri juga memandang anak remaja saat ini terlalu percaya diri. Terkadang kepercayaan diri tersebut justru dianggap tidak pas dari sisi sopan santun dan cara bersikap. Karena itu, seorang guru harus memiliki energi untuk menegur siswa apabila ada perilaku siswa yang kurang pas.

"Cara bersikap, cara lewat bagaimana itu kalau guru tidak greteh, tidak cepat capek dalam mengingatkan siswa maka bisa los lah itu apa yang menjadi harapan kita dengan kaitannya dengan karakter siswa," terangnya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan karakter remaja saat ini berbeda dengan remaja generasi sebelumnya. Fitri mengungkapkan salah satu yang mempengaruhi yaitu tidak adanya landasan dasar terhadap Ketuhanan yang Maha Esa.

Mereka cenderung memiliki keterkaitan dengan teknologi yang mereka punya. "Mereka sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang di luar kompetensi spiritual, ini mulai mulai berkurang ya," kata Fitri.

Selain itu faktor lain yang menyebabkan perubahan karakter remaja saat ini lantaran hilangnya kompetensi sebagai warga negara. Fitri kemudian membandingkan dengan remaja di bawah era tahun 2000-an.

"Kalau dulu kita waktu SD, SMP tahun 90-an era 2000 di bawah tahun 2000 itu kita landasan sebagai warga negara di mata pelajaran PKN kek, PSBB kek, zaman dulu ya menghafal dengan metode metode menghafal metode mencongak zaman dulu, itu sangat ditekankan di pembelajaran sekolah. Ini sudah mulai bergeser ya," jelas dia.

Menurut Fitri kondisi saat ini membuat remaja tidak memiliki daya juang. Selain itu, kompetensi untuk hidup mandiri juga dirasa telah berkurang di kalangan remaja saat ini. Mereka cenderung dengan mudah mendapatkan apa yang ada di sekitarnya.

"Mereka sudah mulai bergeser dengan apa yang ada di sekitarnya yang lebih mudah mereka capai yaitu yang mereka kejar, bukan bagaimana kualitas diri sebagai individu yang mandiri," katanya.

Fitri kemudian menyampaikan sejumlah solusi dalam menghadapi hal tersebut. Salah satunya yaitu dengan mendorong guru untuk tidak hanya mengajarkan kompetensi di bidang keilmuan, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana mendidik.

"Ini mata pelajaran yang paling penting untuk seorang guru to learn how to learn. How to learn itu sangat luar biasa. Itu dasar sebagai seorang guru, mau mapel bahasa Inggris, kaya matematika kayak fisika itu kalau dia sudah pegang keilmuan tentang learn how to learn itu insya Allah itu berjalannya waktu nanti sikap perilaku siswa itu betul-betul sesuai dengan kompetensi yang diinginkan yang pertama kompetensi dasar tentang berspiritual itu itu yang sangat penting Itu akan dicapai," ujar dia.

Fitri juga mengatakan sejumlah langkah yang telah dilakukan oleh SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta untuk mendorong siswa agar memiliki kompetensi spiritual. Salah satunya adalah dengan mengharuskan siswa menyampaikan satu ayat setiap hari yang ada korelasinya dengan keilmuan.

"Nah inilah bagaimana si anak itu memahami Alquran, itu yang paling penting. Sekarang itu kalau anak melakukan kesalahan saya lebih condong bagaimana anak itu nanti disuruh baca Alquran terus nanti mengartikan membaca artinya dari Alquran tersebut dan dia memaknai dari Alquran sebagaimana gitu kita ngajak anak-anak itu berpikir," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement