Selasa 28 Feb 2023 22:34 WIB

Kapolri Copot Kapolres Jayawijaya Pascarusuh di Wamena

AKBP Hesman Napitupulu ditempatkan sebagai Perwira Menengah di Polda Papua.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAWIJAYA -- Polri mengganti Kapolres Jayawijaya AKPB Hesman Sotarduga Napitupulu. Pergantian tersebut menyusul bentrokan yang menewaskan 12 warga sipil di Kota Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan, Kamis (23/2/2023) pekan lalu. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menunjuk AKBP Heri Wibowo sebagai kapolres yang baru di wilayah hukum  Lembah Baliem tersebut.

“Benar. Pergantian tersebut sudah dilakukan melalui surat telegram Kapolri akhir pekan lalu,” begitu kata Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar (Kombes) Ignatius Benny saat dikonfirmasi dari Jakarta, Selasa (28/2/2023). Kombes Benny menjelaskan pergantian tersebut tertuang dalam Surat Telegram (ST) Kapolri 498/II/KEP/2023 bertanggal 26 Februari 2023. 

Baca Juga

AKBP Hesman Napitupulu menjabat sebagai Kapolres Wijaya sejak Juli 2022 lalu. Permutasian kali ini, kata Kombes Benny, menempatkan AKBP Hesman Napitupulu sebagai Perwira Menengah (Pamen) Polda Papua.

“Untuk serah terima jabatan Kapolres yang baru, ditunggu untuk konfirmasi berikutnya,” terang Kombes Benny menambahkan.

Namun Kombes Benny menegaskan, tak ingin mengaitkan permutasian tersebut sebagai ‘sanksi’ imbas dari kerusuhan yang terjadi di Wamena pekan lalu. “Rotasi jabatan itu biasa saja. Disamping untuk kebutuhan organisasi, juga melihat Pak Kapolres yang sudah terbilang senior,” begitu terang Kombes Benny.

Kerusuhan di Wamena, kembali pecah pada Kamis (23/2/2023). Dalam kerusuhan tersebut, kabar terakhir pendataan, Senin (27/2/2023) sebanyak 12 warga sipil meninggal dunia. Sembilan korban di antaranya warga asli Papua. Selebihnya adalah pendatang. Kerusuhan tersebut terjadi antara warga asli Papua, dengan pihak keamanan Polri dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta warga sipil pendatang.

Kerusuhan tersebut terjadi di kawasan Sinakma. Kawasan tersebut adalah pasar tradisional yang didominasi oleh warga asli Papua. Kerusuhan tersebut pecah lantaran kabar yang tak diketahui kebenarannya tentang penculikan anak-anak asli Papua. Dikabarkan, dua warga pendatang asal Sumatera Utara (Sumut) dituduh akan melakukan penculikan anak-anak asli Papua. Tuduhan tersebut berujung pada upaya main hakim sendiri warga lokal.

Pihak keamanan dari Polri berusaha untuk melerai. Kepolisian mengamankan warga pendatang yang dituduh penculik tersebut. Warga asli Papua tak terima. Lalu mereka diceritakan menyerang kepolisian dengan senjata panah dan batu, serta pemukul.

Kepolisian meminta bantuan personil militer untuk membubarkan massa. Akan tetapi warga asli Papua semakin melawan, dan nekat menyerang personil keamanan, pun warga pendatang di sekitaran. Sebanyak delapan kios miik warga pendatang, turut dibakar massa dalam kerusuhan tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement