Rabu 01 Mar 2023 07:44 WIB

Bertaruh Nyawa di Laut, Imigran Diminta Bayar Rp 129,624 Juta untuk Nyebrang ke Eropa

65 orang tewas setelah kapal yang mengangkut imigran karam di perairan Italia.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Kapal imigran yang karam. (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Kapal imigran yang karam. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CROTONE -- Tragedi karamnya kapal kayu yang membawa ratusan imigran untuk masuk daratan Eropa sangat memprihatinkan, mengingat puluhan nyawa imigran yang tidak tertolong di tepi pantai Italia. Tim penyelamat menarik lebih banyak jasad mayat dari laut pada Selasa (28/2/2023), menjadikan jumlah korban tewas dari tragedi migrasi terbaru Italia menjadi 65 orang.

Namun yang lebih memprihatinkan, Jaksa dan pihak berwenang Italia ketika melakukan investigasi dan penyelidikan, mendapatkan informasi bahwa pihak penyelundup yang membawa para imigran menarik biaya. Besarannya hingga 8.000 Euro atau setara Rp 129,624 juta (kurs Rp 16.203 per euro) untuk setiap orang yang akan ikut di kapal nahas dari pantai Turki ke daratan Italia.

Baca Juga

Pihak berwenang mengaku menunda rencana autopsi, karena masih memberikan kesempatan pihak keluarga melihat peti mati dan mengidentifikasi jenazah. Sementara pihak kerabat dan teman korban, yang putus asa tiba di kota Crotone di Calabria dengan harapan menemukan orang yang mereka cintai, beberapa di antaranya berasal dari Afghanistan.

“Saya sedang mencari bibi saya dan ketiga anaknya,” kata Aladdin Mohibzada, dilansir dari Associated Press, Rabu (1/3/2023). Ia menambahkan bahwa dia telah berkendara selama 25 jam dari Jerman untuk mencapai kamar mayat darurat di salah satu kota di Italia, yang didirikan di sebuah stadion olahraga.

Dia mengatakan ia telah memastikan bahwa bibinya dan dua anaknya meninggal, tetapi seorang anak yang berusia 5 tahun selamat dan dirawat di pusat perawatan anak di bawah umur. “Kami sedang mencari kemungkinan untuk mengirim (jenazah) ke Afghanistan, jenazah yang ada di sini,” katanya.

Namun dia mengeluhkan kurangnya informasi saat pihak berwenang yang tidak sigap untuk mengatasi tragedi tersebut. “Kami tidak berdaya di sini. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan.”

Sedikitnya 65 orang, termasuk 14 anak di bawah umur, tewas ketika perahu kayu mereka yang penuh sesak menabrak tebing karang 100 meter (yard) di lepas pantai Cutro dan tragedi kapal nahas yang pecah pada Ahad pagi dengan gelombang laut yang ganas. Setidaknya 80 orang dinyatakan selamat, tetapi lebih banyak lagi yang dikhawatirkan tewas.

Namun lebih banyak imigran lain, yang dikhawatirkan telah tewas, karena dari 80 korban yang selamat mengindikasikan bahwa kapal tersebut membawa sekitar 170 orang ketika berangkat minggu lalu dari Izmir, Turki.

Kelompok bantuan imigran telah berada di tempat kejadian mengatakan banyak penumpang berasal dari Afghanistan, termasuk seluruh keluarga, serta dari Pakistan, Suriah dan Irak. \"Tim penyelamat menarik dua mayat lagi dari laut pada hari Selasa (28/2/2023), sehingga jumlah korban menjadi 65 orang,\" kata polisi.

Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni mengirim surat kepada para pemimpin Eropa menuntut tindakan cepat atas masalah imigrasi yang sudah berlangsung lama di benua itu. Meloni bersikeras bahwa para imigran harus dihentikan dari mempertaruhkan nyawa mereka di penyeberangan laut yang berbahaya.

“Intinya, semakin banyak orang yang berangkat, semakin banyak orang yang berisiko meninggal,” katanya kepada televisi pemerintah RAI Senin malam.

Pemerintah sayap kanan Meloni, yang memenangkan pemilu tahun lalu sebagian dengan janji untuk menindak migrasi, telah berkonsentrasi pada upaya mempersulit kapal-kapal imigran bersandar ke daratan Eropa. Sementara tim kemanusiaan terus melakukan banyak penyelamatan di Mediterania tengah dengan memerintahkan mereka merapat ke pelabuhan di sepanjang pantai utara Italia.

Itu berarti kapal penyeludupan ini membutuhkan lebih banyak waktu untuk kembali ke laut, setelah membawa para migran ke atas kapal dan membawa mereka dengan selamat ke pantai.

Tetapi kapal penyelamat kelompok bantuan biasanya tidak beroperasi di area kapal karam hari Ahad, yang terjadi di lepas pantai Calabria di Laut Ionia. Sebaliknya, kelompok bantuan umumnya beroperasi di Mediterania tengah, menyelamatkan para migran yang berangkat dari Libya atau Tunisia - bukan dari Turki di Mediterania timur.

Jaksa Crotone Giuseppe Capoccia membenarkan penyelidik telah mengidentifikasi tiga tersangka penyelundup, seorang Turki dan dua warga negara Pakistan. Orang Turki kedua diyakini telah melarikan diri atau tewas dalam kecelakaan itu.

Polisi perbatasan Italia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penyelenggara penyeberangan mengenakan biaya masing-masing 8.000 euro (sekitar 8.500) untuk \"pelayaran kematian\".

Menteri Dalam Negeri Matteo Piantedosi membantah saran bahwa penyelamatan ditunda atau dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang melarang kelompok bantuan untuk tinggal di laut. Badan perbatasan Uni Eropa, Frontex, mengatakan pesawatnya melihat kapal itu di lepas pantai Crotone pada pukul 22.26 Sabtu dan memberi tahu otoritas Italia.

Kemudian pihak Italia mengirimkan dua kapal patroli, tetapi mereka harus kembali karena cuaca buruk. Piantedosi mengatakan kepada komite parlemen bahwa kapal itu kandas dan pecah sekitar pukul 5 pagi hari Ahad.

“Tidak ada penundaan,” kata Piantedosi kepada Corriere della Sera. “Segala sesuatu yang mungkin dilakukan dalam kondisi laut yang benar-benar terlarang.”

Penjaga Pantai Italia mengeluarkan pernyataan pada hari Selasa mengatakan Frontex telah mengindikasikan bahwa kapal migran \"bernavigasi secara normal\" dan hanya satu orang yang terlihat di atas dek.

Ia menambahkan bahwa sebuah kapal polisi perbatasan Italia, \"sudah beroperasi di laut\" berangkat untuk mencegat kapal migran tersebut.“Sekitar pukul 04.30, beberapa indikasi melalui telepon dari subjek di darat, relatif jelas terhadap kapal yang berada dalam bahaya beberapa meter dari pantai, sampai ke Penjaga Pantai,” kata pernyataan itu.

Pada saat itu, sebuah kapal polisi Carabinieri yang telah disiagakan oleh polisi perbatasan “memberi tahu Penjaga Pantai tentang kapal karam itu.”

Berbeda dengan kasus serupa kapal imigran dalam kesulitan, “tidak ada indikasi telepon yang datang dari migran di atas kapal” ke Coast Guard, kata pernyataan itu.

Tidak jarang, para migran di atas kapal yang sedang dalam kesulitan menghubungi Alarm Phone, hotline dukungan kemanusiaan yang menyampaikan indikasi kapal bermasalah di Mediterania ke otoritas maritim.

Saat memberi pengarahan kepada anggota parlemen, menteri dalam negeri mengutip tokoh-tokoh yang mendukung, Italia cukup frustrasi ada sesama negara Uni Eropa tidak menghormati janji untuk menerima bagian dari imigran pencari suaka yang mencapai Italia.

Piantedosi mengatakan bahwa meskipun janji ini mencakup sekitar 8 ribu relokasi imigran dari Juni tahun lalu hingga bulan ini, hanya 387 orang yang benar-benar dipindahkan ke negara lainnya, dengan Jerman menerima sebagian besar dari mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement