Rabu 01 Mar 2023 21:42 WIB

Cinta Tanah Air Jadi Kunci Para Santri untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045

Santri didorong untuk mempunyai rasa cinta tinggi terhadap Tanah Air

Dialog Kebangsaan yang diadakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatra Selatan bersama santri-santriwati serta tenaga pengajar Pondok Pesantren Muqimus Sunnah Palembang pada Selasa (28/2/2023). Santri didorong untuk mempunyai rasa cinta tinggi terhadap Tanah Air
Foto: Dok Istimewa
Dialog Kebangsaan yang diadakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatra Selatan bersama santri-santriwati serta tenaga pengajar Pondok Pesantren Muqimus Sunnah Palembang pada Selasa (28/2/2023). Santri didorong untuk mempunyai rasa cinta tinggi terhadap Tanah Air

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Karakter cinta terhadap Tanah Air dan keberagaman karena merupakan kunci untuk melawan hambatan dalam mencapai Indonesia emas 2045. Karakter ini pun penting untuk dimiliki antri. 

Hal ini disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar, dalam Dialog Kebangsaan yang diadakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatra Selatan bersama santri-santriwati serta tenaga pengajar Pondok Pesantren Muqimus Sunnah Palembang pada Selasa (28/2/2023).   

Baca Juga

“Mereka akan menjadi pemimpin ke depan yang akan mengisi SDM Indonesia emas 2045, generasi muda kita tentu harus kita isi untuk mencintai bangsanya, mengingatkan hal-hal yang menjadi hambatan untuk maju, yang tidak sesuai dengan Pancasila, nilai adat budaya Indonesia,” ujar Boy.     

Boy berpesan jika generasi pengisi Indonesia emas harus dijaga dan dibina sejak dini di tengah gempuran ideologi transnasional yang terus terjadi. 

“Anak-anakku diajar untuk cinta kepada bangsa dengan prinsip hubbul wathon minal iman karena ideologi Pancasila kita mengajarkan untuk dapat bertoleransi, menghormati dan memberikan jaminan juga yang beragama lain untuk menjalankan syariat agamanya sesuai dengan keyakinannya masing-masing,” pesannya. 

Jenderal Bintang tiga Polri itu melihat maraknya fenomena kekerasan yang dilandaskan ekstremisme beragama di Indonesia dan dunia. Propaganda ekstrem kerap membenturkan nilai agama dan bernegara ini secara masif beredar di media sosial.  

“Sosial media itu sudah sangat dimanfaatkan kelompok teror untuk menyebarkan narasi yang penuh dengan kebencian untuk merusak alam pikiran seluruh umat manusia di dunia,” kata Boy.    

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement