REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti halnya makanan yang bisa punya efek tertentu bagi tubuh, pakaian yang dikenakan serta pilihan bahannya pun diyakini bisa memiliki dampak tersendiri. Praktisi biohacker, Tim Gray, khusus menyoroti dampak dari pakaian dalam yang dikenakan sehari-hari.
Menurut Gray, pakaian dalam yang berbahan kain poliester atau polietilen tereftalat (PET) harus dihindari. Pasalnya, bahan serat sintetis buatan manusia yang dibuat dengan kombinasi batu bara, minyak, dan air itu disebutnya bisa memengaruhi kesuburan.
"Ini dapat menyebabkan masalah reproduksi yang parah, baik pada laki-laki maupun perempuan. Keguguran, kemandulan, dan impotensi, semuanya dikaitkan dengan pakaian poliester," kata Gray lewat video yang diunggah lewat akun Instagram-nya.
Gray menginformasikan bahwa pakaian dalam poliester menyebabkan kurangnya kemampuan bernapas alat reproduksi dan mengimbas pada fungsi reproduksi. Gray mengutip studi National Institutes for Health (NIH) pada 1992 yang mencatat bahwa poliester dapat bertindak sebagai kontrasepsi 100 persen untuk pria.
Studi tersebut dilakukan pada 14 pria selama 12 bulan. Terungkap bahwa pria subur dapat mengalami azoospermia dengan mengenakan polyester sling. Itu dianggap sebagai metode kontrasepsi yang aman, reversibel, dapat diterima, dan murah pada pria.
Azoospermia merupakan suatu kondisi di mana tidak ada sperma di dalam air mani, dan proses pembentukan spermatozoanya terganggu. Studi lain terhadap 24 ekor anjing menunjukkan kondisi serupa pada anjing yang dipakaikan celana pendek poliester selama 24 bulan.
Terjadi pula perubahan degeneratif pada kelenjar seminiferus penghasil sperma. Pakar lain menyebut poliester bisa menyebabkan gangguan pada endokrin, jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon.
Ada pula yang menyoroti bahan kimia dalam poliester mengganggu produksi testosteron. Studi lain mengungkap, muatan elektrostatik yang dihasilkan oleh poliester bertanggung jawab atas penurunan jumlah sperma yang signifikan.