Kamis 02 Mar 2023 10:12 WIB

Dibayangi Masalah Gempa, Turki akan Majukan Pelaksanaan Pemilu

Pemilu Turki akan digelar pada 14 Mei 2023.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Pemilu Turki (ilustrasi). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi sinyal pada Rabu (1/3/2023), bahwa pemerintahnya berniat untuk mengadakan pemilihan umum, sebulan lebih awal dari yang dijadwalkan sebelumnya.
Foto: ap
Pemilu Turki (ilustrasi). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi sinyal pada Rabu (1/3/2023), bahwa pemerintahnya berniat untuk mengadakan pemilihan umum, sebulan lebih awal dari yang dijadwalkan sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi sinyal pada Rabu (1/3/2023) bahwa pemerintahnya berniat untuk mengadakan pemilihan umum sebulan lebih awal dari yang dijadwalkan sebelumnya. Meskipun Erdogan paham dampak gempa bumi dahsyat bulan lalu, yang menghancurkan bagian selatan Turki, masih terus membayangi.

Dalam pidatonya kepada legislator dari partainya yang kini berkuasa, Erdogan yang pemerintahannya mendapat cacian dan kritik terhadap penanganan gempa mengatakan, orang-orang akan memberikan tanggapan mereka terhadap kritik tersebut pada 14 Mei 2023 mendatang. Tanggal pemilihan itu sebenarnya telah ditetapkan oleh partainya sebagai partai yang berkuasa sebelum negara ini dihantam gempa mematikan bulan lalu.

Baca Juga

Bencana gempa 6 Februari dan gempa susulan kuat yang melanda Turki dan Suriah telah menewaskan sekitar 50 ribu orang lebih, di mana sebagian besar mereka yang menjadi korban. Setidaknya hampir 204 ribu bangunan runtuh atau rusak parah di Turki, yang menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Para pejabat Turki mengatakan, 14 juta orang terkena dampak gempa dan jutaan orang telah pergi atau dievakuasi dari wilayah yang dilanda gempa tersebut. Erdogan tidak memberikan informasi tentang bagaimana pemilihan dapat diselenggarakan di zona gempa atau mengatakan apakah para penyintas yang telantar dapat memberikan suara di lokasi baru yang nyaman bagi mereka.

Namun, pemimpin Turki, yang berkuasa sejak 2003, memfokuskan soal masa jabatannya yang mungkin akan ketiga kali ia jabat sebagai presiden. Pemilihan presiden dan umum, yang harus diadakan paling lambat 18 Juni, diadakan pada saat sulit bagi Erdogan karena elektabilitasnya yang mengalami penurunan, karena meroketnya inflasi.

Erdogan telah mengakui kekurangannya pada tahap awal dalam tanggapannya, tetapi ia juga menyalahkan pada kondisi cuaca buruk saat ini serta kerusakan bangunan yang parah akibat gempa, termasuk pada jalan dan infrastruktur.

Pada Rabu (1/3/2023), dia menegaskan kembali janji untuk membangun kembali lebih dari 400 ribu rumah dalam setahun. “Kami akan menghilangkan puing-puing ini, kami akan menyembuhkan lukanya. Kami akan memperbaiki apa yang hancur dan menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi rakyat kami,” katanya.

Erdogan juga mengatakan apa yang disebut pertemuan Perisai Risiko Nasional akan diadakan pada Jumat (3/3/2023). Pertemuan ini untuk meninjau ulang gedung-gedung bangunan negara yang tidak mematuhi aturan konstruksi. Para ahli menyoroti lemahnya penegakan peraturan bangunan sebagai alasan utama mengapa gempa tersebut menyebabkan begitu banyak kehancuran bangunan.

Bank Dunia memperkirakan bahwa gempa bumi telah menyebabkan kerugian sekitar 34,2 miliar dolar AS atau Rp 521,6 triliun di mana kerusakan fisik langsung, yang setara dengan 4 persen dari produk domestik bruto negara tersebut pada tahun 2021.

Sementara, Bank Dunia mengatakan biaya pemulihan dan rekonstruksi akan jauh lebih besar, berpotensi dua kali lebih besar. Dan kerugian PDB yang terkait dengan gangguan ekonomi juga akan menambah beban biaya gempa bumi semakin besar.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement