Kamis 02 Mar 2023 12:30 WIB

Pengamat Zakat: Ramadhan 2023 Berimpitan dengan Resesi Global

Lembaga zakat dan pemerintah bisa bersinergi di Ramadhan 2023.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Pengamat Zakat: Ramadhan 2023 Berhimpitan dengan Resesi Global. Foto: Direktur Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono menilai kerawanan pangan menjadi krisis paling serius yang dihadapi keluarga miskin di masa pandemi. Dari skala pengalaman kerawanan pangan terlihat jelas bahwa krisis pangan di keluarga miskin adalah nyata dan serius.
Foto: istimewa
Pengamat Zakat: Ramadhan 2023 Berhimpitan dengan Resesi Global. Foto: Direktur Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono menilai kerawanan pangan menjadi krisis paling serius yang dihadapi keluarga miskin di masa pandemi. Dari skala pengalaman kerawanan pangan terlihat jelas bahwa krisis pangan di keluarga miskin adalah nyata dan serius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Lembaga Riset Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) sekaligus Pengamat Ekonomi Syariah dan Zakat, Yusuf Wibisono, menyampaikan, Ramadhan tahun 2023 ini akan berhimpitan dengan resesi global. Proyeksi ekonomi global kini  cenderung semakin gelap ke depan, proyeksi resesi cenderung semakin memburuk, hal ini karena bank sentral  negara-negara besar dunia terutama the Fed secara jelas lebih memilih untuk meredam inflasi dengan mengorbankan pertumbuhan ekonomi mereka.

Yusuf menjelaskan, dengan menaikkan suku bunga acuan secara agresif, the Fed telah mengerek naik suku bunganya hingga 425 basis point dalam rentang Maret-Desember  2022, dengan Federal Funds Rate (FFR) di posisi 4,25 persen. Kini per Februari 2023, FFR telah di rentang 4,50 - 4,75 persen, dan masih akan berpotensi naik hingga 5,50 persen bahkan hingga menembus 6 persen sampai akhir tahun 2023.

Baca Juga

"Walau inflasi Amerika Serikat sudah menurun, dari yang sebelumnya sempat menembus 9 persen dan kini telah di kisaran 7 persen, namun angka ini masih tinggi dan masih jauh di atas target inflasi the Fed yang hanya 2 persen," kata Yusuf kepada Republika, Rabu (1/3/2023).

Ia mengatakan, dengan bank sentral di banyak negara masih terus agresif menaikkan suku bunga acuan, maka investasi dan konsumsi akan turun. Sehingga prospek pertumbuhan ekonomi global dipastikan semakin melemah, resesi global semakin dalam.

Meski Indonesia dipandang dalam posisi yang relatif lebih baik, salah satu yang tercerah di dunia yang gelap. Namun peluang Indonesia terseret resesi global ini cukup besar.

"Dan kita sudah rasakan saat ini seperti PHK di sektor ekspor unggulan seperti industri tekstil dan garmen, juga sepatu," ujar Yusuf.

Pengamat Ekonomi Syariah ini menegaskan, dengan proyeksi resesi global yang semakin memburuk, target pertumbuhan ekonomi Indonesia di APBN 2023 yang di 5,3 persen akan sangat sulit tercapai. Dalam proyeksi resesi yang semakin memburuk, pertumbuhan Indonesia tahun depan berpotensi akan semakin melemah, mendekati kisaran 4 persen.

Meski perekonomian Indonesia relatif less connected dengan perekonomian global. Tapi keterkaitan dan dampak perekonomian global ke perekonomian Indonesia tidak bisa dipandang kecil, terutama melalui jalur ekspor - impor dan jalur aliran modal asing. Komponen ekspor - impor dalam perekonomian Indonesia berkontribusi sekitar 20 persen, resesi global dipastikan akan melemahkan ekspor sebagai salah satu mesin utama pertumbuhan dan menjadi penyelamat di masa pemulihan pasca pandemi.

"Melemahnya ekspor yang diikuti melemahnya aliran modal asing baik foreign direct investment (FDI) maupun investasi portofolio juga akan melemahkan nilai tukar Rupiah, terlebih aliran modal keluar berpotensi meningkat seiring kenaikan bunga acuan di negara-negara maju," jelas Direktur IDEAS ini.

Ia menambahkan, lebih jauh dengan tekanan capital outflow dan pelemahan Rupiah, Bank Indonesia (BI) dipaksa untuk terus mengerek suku bunga acuan. Dalam enam bulan terakhir BI telah menaikkan BI7DRR hingga lebih 200 bps, dari kisaran 3,5 persen menjadi kini 5,75 persen.

Yusuf menerangkan, hal ini masih belum cukup membuat Rupiah terjaga stabil, Rupiah masih terus melemah terhadap Dolar. Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan domestik telah meningkatkan cost of fund dan harga kredit, membuat biaya produksi dan harga barang-barang meningkat, sehingga menekan permintaan domestik.

"Menurut saya menjadi krusial bagi lembaga zakat di Ramadhan 2023 ini untuk berkonsentrasi pada program yang menjaga daya beli rakyat, terutama melalui program yang menjaga ketahanan pangan dan energi rakyat, maupun program yang menjaga keberlanjutan usaha rakyat, terutama usaha mikro dan ultra mikro," kata Yusuf.

Sektor Penyelamat Krisis

Ia mengatakan, daerah-daerah yang akan menghadapi tantangan berat di tahun 2023 ini diprediksikan ada tiga kelompok. Pertama, daerah penghasil komoditas ekspor, seperti daerah-daerah sentra sawit di Riau dan Kalimantan Barat, serta daerah-daerah sentra batu bara di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Kedua, daerah industri manufaktur padat karya yang berorientasi ekspor, seperti daerah-daerah di Banten dan Jawa Barat. Ketiga, daerah-daerah destinasi utama wisatawan asing seperti daerah-daerah wisata di Bali, Jakarta, Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Sektor yang akan menjadi penyelamat di masa krisis pertama adalah sektor informal pedesaan, yaitu pertanian, peternakan, hortikultura dan perikanan, dan yang kedua adalah sektor informal perkotaan, terutama usaha mikro dan kecil di sektor perdagangan dan transportasi," jelas Yusuf.

Di setiap krisis, ia menjelaskan, dari krisis ekonomi 1997 hingga kini resesi global 2023, sektor informal - tradisional selalu dan akan terus menjadi penyelamat perekonomian Indonesia. Di sektor informal - tradisional ini pelaku dominannya adalah UMKM. Dengan demikian, peran UMKM akan sangat krusial dalam menopang kondisi masyarakat dan perekonomian di masa krisis.

Sektor formal - modern yang akan mengalami pelemahan paling besar di masa resesi global ini kemungkinan besar adalah industri manufaktur padat karya yang berorientasi ekspor seperti tekstil, garment dan alas kaki, industri penghasil komoditas ekspor seperti batu bara dan sawit, serta industri terkait pariwisata seperti hotel, restoran dan transportasi. Sektor informal dan UMKM akan berperan penting dengan menjadi katup pengaman bagi sektor formal - modern ini dengan menyediakan lapangan kerja yang luas dan mudah dimasuki.

"Sektor UMKM terpenting adalah sektor informal pedesaan terutama sektor pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura, peternakan dan perikanan. Sektor UMKM terpenting berikutnya adalah sektor informal perkotaan terutama sektor perdagangan eceran dan penyediaan makanan dan minuman," jelas Yusuf.

Namun, ia mengingatkan, sektor UMKM juga akan terkena dampak krisis, terutama akibat jatuhnya permintaan domestik yang diakibatkan oleh turunnya ekspor dan pengetatan moneter melalui kenaikan suku bunga. Maka meski UMKM adalah sektor yang gesit, tahan krisis dan mudah beradaptasi, namun mereka membutuhkan dukungan agar dapat optimal menyerap limpahan tenaga kerja dari sektor formal - modern yang akan banyak mengalami PHK.

Yusuf mengatakan, dukungan terbesar harus diberikan kepada sekitar 8,2 juta pelaku usaha mikro di sektor pertanian dan 8,9 juta pelaku usaha mikro di sektor perdagangan dengan status berusaha sendiri. Dukungan terpenting berikutnya harus diberikan kepada sekitar 11 juta pelaku usaha kecil di sektor pertanian dan sekitar 4,5 juta pelaku usaha kecil di sektor perdagangan dengan status berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap.

"Menjadi strategis dan krusial jika lembaga zakat dapat mengoptimalkan programnya di Ramadhan 2023 ini pada usaha mikro dan ultra mikro, seraya menguatkan bantuan sosial bagi kelompok marjinal seperti lansia, penyandang cacat dan anak jalanan," jelasnya.

Yusuf juga menekankan agar pemerintah dan lembaga zakat menguatkan sinergi mereka di tahun resesi 2023 ini, dengan menjadikan Ramadhan 2023 sebagai momentum sinergi untuk penguatan program penanggulangan kemiskinan. Jangan ada lagi langkah-langkah kontra produktif di masa-masa krisis seperti sekarang ini seperti rilis 108 lembaga zakat tidak berizin yang lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement