REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia akan mengkaji potensi pengembangan energi bersih bersama ACWA Power Company, perusahaan energi asal Arab Saudi yang sedang mengembangkan hidrogen hijau di berbagai negara. Selain itu, kerjasama ini juga melibatkan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, terkait pengembangan biomassa, yaitu bahan hayati yang juga dapat dijadikan sumber energi.
Kajian pengembangan energi bersih ini sejalan dengan program ketahanan energi yang menjadi fokus Pemerintah dalam Visi Indonesia Emas 2024. Dalam hal ini pemerintah menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca berdasarkan National Determined Contribution (NDC) hingga 30,9 persen untuk sektor IPPU dan energi pada tahun 2030.
Kerjasama ini tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman dengan Direktur Utama PTPN III Abdul Ghani, Global Head of Hydrogen and Executive Vice President (EVP) ACWA Power Company, Andrea Lovato. Kemudian, disaksikan langsung oleh Wakil Menteri BUMN I Pahala N Mansury.
“Kami mengetahui bahwa ACWA Power Company telah berhasil mengembangkan proyek green hydrogen di Arab Saudi, dan kedepan akan terus mengembangkannya ke berbagai belahan dunia. Saya rasa ini adalah sebuah perkembangan yang sangat baik,” jelas Bakir, dalam acara penandatanganan MoU di Lhokseumawe, Aceh, mengutip keterangan tertulisnya, Kamis (2/3/2023).
Hidrogen hijau sendiri adalah hidrogen yang diperoleh dari sumber bersih tanpa emisi karbon. ACWA Power Company sedang mengembangkan proyek hidrogen hijau NEOM di Arab Saudi dengan kebutuhan energi hijau sebesar 40 GW dan merupakan salah satu proyek hidrogen hijau terbesar di Dunia. Selain itu, ACWA juga telah mengembangkan Noor Energy Project di UEA-Abu Dhabi yang merupakan concentrated solar power terbesar di Dunia, serta Shuaa Solar Power Energy Project.
Oleh karena itu, Pupuk Indonesia sebagai salah satu produsen amoniak terbesar di dunia, dapat memainkan peran strategisnya dalam mendukung energi bersih melalui pengembangan hidrogen hijau di Indonesia. Terutama pengembangan blue ammonia dan green ammonia, dimana Pupuk Indonesia saat ini telah memiliki MoU dengan sejumlah perusahaan Jepang seperti Mitsubishi Corporation, Toyo Engineering, Mitsui, INPEX, IHI, Itochu, dan sebagainya. Sementara, amoniak adalah senyawa kimia yang dapat menjadi sumber energi bersih masa depan sekaligus sebagai media untuk mengangkut hidrogen atau hydrogen carrier.
“Pasar utama kami adalah Jepang, karena Jepang saat ini adalah satu-satunya negara yang memiliki komitmen tinggi untuk membeli 3 juta ton amoniak pada tahun 2030. Belum ada negara di dunia yang memiliki komitmen sekuat Jepang,” jelas Bakir.
Lebih lanjut Bakir mengatakan bahwa pengembangan proyek energi bersih bersama PTPN III dan ACWA Power Company ini dilakukan masing-masing pihak dengan pengembangan proyek yang berbeda-beda. Hal ini merupakan suatu hal yang baru, karena ACWA Power Company juga menginginkan sesuatu hal yang berbeda, tidak sekeder pengembangan green hydrogen saja di Indonesia.
Adapun ruang lingkup MoU dengan ACWA Power Company, Pupuk Indonesia akan mengkaji proyek green hydrogen termasuk produksi hilir green chemical seperti metana, methanol, dan ammonia, serta ruang lingkup pembangkit listrik. Sementara dengan PTPN III, ruang lingkup kerjasamanya adalah pengembangan rantai pasok biomassa yang mencakup pengembangan biomethane, biomethanol, dan energi baru terbarukan berbasis karbon lainnya serta penyediaan karbon untuk Kawasan industri hijau atau Green Cluster Industry (GIC) di Lhokseumawe, Aceh.
Bakir menyebutkan bahwa kerjasama kajian ini adalah berkat dukungan dari pemerintah, terutama Kementerian BUMN. Terutama Wakil Menteri BUMN I Pahala N Mansury yang telah mempertemukan Pupuk Indonesia dengan ACWA Power Company.
“Dengan dukungan Pak Pahala dan KBUMN, ini semua bisa terjadi. Insyallah dengan doa kita bersama, Saya berharap mudah-mudahan dengan dukungan bapak yang luar biasa, saya rasa cita-cita ini akan tercapai,” jelas Bakir.