REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Punya Biodiesel, Indonesia Harus Jadi Acuan Harga CPO Dunia'
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdalifah Mahmud mengatakan, Indonesia seharusnya menjadi rujukan pembentukan harga acuan minyak sawit dan referensi harga komoditas sawit dunia.
"Dulu, kita harganya ditentukan di global, karena kita tidak tahu pasarnya di mana lagi selain untuk minyak makan. Sekarang kita punya biodiesel, makanya harga kita yang tentukan," ujar Musdalifah dalam diskusi bertajuk "Strategi Indonesia menjadi Barometer Harga Sawit Dunia" di Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Musdalifah mengatakan, banyak pihak yang senang jika harga minyak sawit Indonesia jatuh. Untuk itu, pemerintah sangat serius mengembangkan biodiesel untuk menjaga stabilitas harga sawit. Dia mengatakan, langkah ini mendapat tentangan dari sejumlah negara, terutama Uni Eropa (UE).
"Banyak yang untung kalau harga kita jatuh. Sekarang, kita harus menjaga konsistensi pemerintah dan masyarakat untuk meneruskan biodiesel," ucap Musdalifah.
Dia menyampaikan, Indonesia sejak lama telah mengimplementasikan aturan deforestasi dan traceability atau ketertelusuran terkait produksi sawit. Meski begitu, UE tetap mewajibkan adanya pernyataan due diligence atau uji kelayakan produk yang tidak berkontribusi ke penggundulan dan degradasi hutan di mana pun setelah 31 Desember 2020. Musdalifah menilai, aturan UE hanya ingin menyulitkan dan membuat buruk citra sawit Indonesia.
"Pasar tuntut deforestasi, kita telah lakukan. Tracebility kita sudah punya ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil System). UE sudah bingung di WTO, lalu cari-cari yang lain seolah-olah kita tidak melakukan upaya keberlanjutan," kata Musdalifah.