Kamis 02 Mar 2023 13:49 WIB

Menkeu Minta Aset BLU Rp 1.170 Triliun Jangan Dibiarkan Tidur

Aset BLU perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan malapetaka.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta 264 Badan Layanan Umum (BLU) mengelola aset di seluruh Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta 264 Badan Layanan Umum (BLU) mengelola aset di seluruh Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta 264 Badan Layanan Umum (BLU) mengelola aset di seluruh Indonesia. Nilai aset tersebut sebesar Rp 1.170 triliun.

Sementara realisasi pendapatan BLU sebanyak Rp 89,5 triliun. Jumlah itu mencapai 113 persen dari target Rp 78,8 triliun.

Baca Juga

"Rp 1.170 triliun aset yang dikelola, pantas nggak menghasilkan pendapatan Rp 89,5 triliun? Jadi asetnya jangan dibiarkan tidur, asetnya harus bekerja," tegas Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi (Rakor) BLU 2023 yang dipantau secara virtual, Kamis (2/3/3023). 

Ia pun meminta agar aset BLU dikelola dengan tata kelola baik sehingga tidak menimbulkan malapetaka. Ia mencontohkan, seperti kasus pemungutan biaya di bidang pendidikan. 

"Kita mendengar di beberapa perguruan tinggi, uang SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) menjadi sumber yang menimbulkan malapetaka terhadap tata kelola," ujar Sri Mulyani.

Maka, lanjutnya, pengelola dan dewan pengawas BLU bisa terus berpikir kreatif, inovatif, dan keras untuk memperbaiki atau menambah layanan suatu aset, bukan justru membebani masyarakat. Apalagi, saat ini semakin banyak BLU yang memiliki aset dengan lokasi yang luar biasa strategis seperti di tengah keramaian atau kota.

Ia menilai hal tersebut bisa dimanfaatkan agar BLU tak hanya bergantung pada suntikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Jadi pendapatan yang diterima bisa dipakai untuk memperbaiki layanan. Kalau BLU berbentuk Rumah Sakit (RS), bisa dipakai untuk investasi di alat kesehatan, pelayanan, atau bahkan honor kepada seluruh pekerja," jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement