REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelapa sawit telah menjadi salah satu tanaman perkebunan yang dapat tumbuh dengan optinal di daerah tropis. Tanaman ini banyak dijumpai di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
Sawit, juga dikenal dengan buahnya yang menghasilkan minyak nabati, yang biasa disebut minyak kelapa sawit. Adapun saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Minyak sawit dapat diolah menjadi berbagai produk bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, untuk mengoptimalkan potensi minyak kelapa sawit, diperlukan serangkaian proses penyulingan menggunakan teknologi mutakhir.
Proses tersebut akan mengubah minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) menjadi bermacam produk turunan.
General Manager Marunda Refinery Sinarmas, Agus Wijaya, dalam Media Gathering di kawasan industri Marunda, Kamis (2/3/2023), menuturkan, Sinarmas kini memiliki sekitar 500 ribu hektare kebun dengan produktivitas 2,5 juta ton per tahun.
Perusahaan menjelaskan, minyak sawit terus diteliti, dikembangkan, serta diolah sehingga menjadi produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pengolahan CPO berlangsung di kilang minyak (refinery). Di sana, CPO melalui beberapa tahap pemrosesan mulai dari analisis kualitas CPO, pemisahan getah dan pengotor dari minyak (degumming), penambahan bahan pemucat untuk menyerap pigmen warna dalam minyak (bleaching), serta proses filtrasi (filtration) untuk menghilangkan sisa kandungan bahan pemucat tersebut.
"Setelah mendapatkan warna minyak sawit yang dikehendaki, proses selanjutnya adalah deodorisasi (deodorisation) untuk menghilangkan bau dan asam lemak bebas. Dari proses inilah dihasilkan Palm Fatty Acid Destilate (PFAD) yang dapat digunakan untuk produksi biodiesel, bahan bakar nabati ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) jenis diesel," ujarnya.