Kamis 02 Mar 2023 17:13 WIB

Kenali Gejalanya, Flu Burung Dapat Berkembang Cepat Jadi Penyakit Paru Berat

Waspada jika riwayat kontak dengan unggas sakit atau mati mendadak.

Red: Reiny Dwinanda
Ayam di kandang. Berkaca pada kasus flu burung periode 2005 hingga 2011 di DKI Jakarta, interval waktu antara gejala awal sampai pasien meninggal dunia mayoritas antara tujuh hingga sembilan hari.
Foto: EPA-EFE/SANJEEV GUPTA
Ayam di kandang. Berkaca pada kasus flu burung periode 2005 hingga 2011 di DKI Jakarta, interval waktu antara gejala awal sampai pasien meninggal dunia mayoritas antara tujuh hingga sembilan hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat perlu mewaspadai penularan flu burung meski kasusnya pada manusia termasuk jarang. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr Dwi Oktavia MEpid mengatakan bahwa penyakit flu burung pada manusia dapat berkembang cepat menjadi penyakit paru berat.

"Penyakit ini dapat berkembang cepat di manusia yang menyebabkan gambaran pneumonia sampai terjadinya sindrom gangguan pernapasan akut," kata Dwi dalam webinar, Kamis (2/3/2023).

Baca Juga

Dwi yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menjelaskan, flu burung juga dapat menyebabkan perubahan neurologis berupa perubahan mental atau kejang hingga menyebabkan kematian. Flu burung merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5N1 yang bersifat zoonosis alias dapat ditularkan dari hewan ke manusia.

"Kebanyakan kasusnya pada unggas. Mungkin salah satu yang perlu kita waspadai dari pengalaman di masa lalu adalah bagaimana unggas ini kehidupannya sangat dekat manusia," ujar Dwi.

Virus H5N1 tergolong Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) sehingga sangat menimbulkan sakit berat. Pada manusia, gejala infeksi H5N1 dapat meliputi demam melebihi 38 derajat Celsius, lemas, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri perut, nyeri dada, dan diare.

"Secara umum memang mirip dengan virus influenza lain dan Covid-19. Tapi yang penting, yang dapat menjadi kunci adalah flu burung ini kalau ada riwayat kontak dengan unggas sakit atau mati mendadak," jelas Dwi.

Jika berkaca pada kasus flu burung periode 2005 hingga 2011 di DKI Jakarta, Dwi mengatakan interval waktu antara gejala awal sampai pasien meninggal dunia mayoritas antara tujuh hingga sembilan hari. Waktunya cukup pendek untuk kesempatan mendiagnosis sampai dengan meninggalnya pasien.

"Ini juga mungkin karena saat didiagnosis, kondisinya sudah cukup buruk," kata Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement