Kamis 02 Mar 2023 18:18 WIB

Kanselir Jerman Desak Cina tak Kirim Senjata ke Rusia

Jerman juga sedang mengasesmen ulang hubungan dengan Beijing.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Ferry kisihandi
 Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah) berfoto bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kiri) dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, di depan jamuan makan malam di Istana Elysee, Paris, Rabu (8/2/2023).
Foto: AP Photo/Lewis Joly
Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah) berfoto bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kiri) dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, di depan jamuan makan malam di Istana Elysee, Paris, Rabu (8/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz mendesak Cina  tidak mengirimkan senjata untuk membantu Rusia dalam perangnya di Ukraina. Ia meminta Beijing menekan Moskow menarik mundur pasukannya.

Dalam pidatonya di parlemen Jerman, Kamis (2/3/2023) Scholz mengatakan ia kecewa Beijing menahan diri untuk mengecam invasi Rusia. Namun, ia menyambut baik upaya Cina mendorong de-eskalasi nuklir.

Cina membantah berniat mengirimkan senjata ke Rusia. Pada 23 Februari lalu senior diplomatnya di PBB mengatakan "Mengirimkan  senjata tidak akan membawa perdamaian" tapi "menyiram bensin ke api."

Pidato Scholz menekankan respons masyarakat internasional pada perang di Ukraina menunjukkan perpecahan global. Cina dan India menahan diri mengecam invasi atau ikut memberikan sanksi pada  Rusia.

Perpecahan juga terlihat dalam serangkaian pertemuan G20 di India yang berubah menjadi perdebatan seputar perang. Jerman mengatakan mereka berencana membalas "propaganda" Rusia dalam pertemuan pekan ini.

Sementara, Rusia menuduh negara-neagar Barat mengubah pertemuan itu sebagai "lelucon." Seorang sumber mengungkapkan, AS mencari sekutu untuk menjatuhkan sanksi baru Cina bila Beijing mengirimkan bantuan militer ke Rusia dalam perang di Ukraina.

"Pesan saya kepada Beijing jelas, gunakan pengaruh Anda di Moskow untuk mendesak pasukan Rusia mundur, dan jangan kirimkan senjata apa pun ke penjajah Rusia," kata Scholz yang disambut tepuk tangan anggota parlemen Jerman.  

Pembicaraan AS mengenai sanksi masih tahap awal, dimaksudkan untuk menggalang dukungan dari berbagai negara. Terutama negara-negara kaya G7 untuk mengkoordinasikan pembatasan. Belum diketahui sanksi seperti apa yang Washington usulkan.

Peran Cina dalam perang Rusia dan Ukraina diperkirakan masuk pembahasan dalam pertemuan Presiden AS Joe Biden dengan Scholz di Gedung Putih pada Jumat (3/3/2023) mendatang.

Pesan Scholz pada Cina disampaikan saat hubungan AS dan Cina renggang. Jerman juga sedang mengasesmen ulang hubungan dengan Beijing yang sampai saat ini pasar ekspor penting barang-barang Jerman. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement