Kamis 02 Mar 2023 20:48 WIB

Akademisi: Kekerasan Remaja Akibat Kurangnya Rasa Empati Sejak Dini

Orang tua tidak bisa mengabaikan pendidikan karakter anak.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah remaja putri membawa boya sabe atau sarung Donggala saat mementaskan tari pontanu karya Hasan Bahasyuan pada pembukaan Festival Tenun Donggala di Donggala, Sulawesi Tengah. Akademisi: Kekerasan Remaja Akibat Kurangnya Rasa Empati Sejak Dini
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Sejumlah remaja putri membawa boya sabe atau sarung Donggala saat mementaskan tari pontanu karya Hasan Bahasyuan pada pembukaan Festival Tenun Donggala di Donggala, Sulawesi Tengah. Akademisi: Kekerasan Remaja Akibat Kurangnya Rasa Empati Sejak Dini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum selesai kasus kekerasan yang menimpa seorang remaja oleh anak pejabat, kini kembali heboh sekelompok anak yang dipaksa meminum miras dan direkam.

Hal ini pun menggugah praktisi pendidikan untuk turut menanggapi. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Sri Sumarni mengatakan salah satu faktor utama kasus kekerasan remaja yang viral belakangan adalah kurangnya rasa empati yang dipupuk sejak kecil.

Baca Juga

"Rasa empati sebenarnya harus dipupuk sejak kandungan melalui kasih sayang kedua orang tuanya," ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (2/3/2023).

Pertama, orang tua dapat memutar musik lembut atau bagi muslim memutar murotal Alquran. Keduanya bisa berpengaruh positif terhadap janin di dalam kandungan dan membuat rasa damai.

Pun ketika memiliki anak, seharusnya anak menghindari pergaulan bebas sehingga hamil di luar nikah tidak terjadi. Karena hal inu juga akan mempengaruhi emosi anak di kemudian hari.

Begitu juga untuk orang tua untuk mengatur jarak kelahiran anak. Sehingga anak secara penuh mendapat kasih sayang tanpa harus merasa berbagi kasih sayang di saat anak pertama masih sangat membutuhkannya.

Kedua, rasa empati anak didapatkan ketika ibu menyusui anak. Kehangatan sang ibu dan degup jantung dapat dirasakan anak saat proses menyusui. 

Ketiga, di masa balita, orang tua hendaknya memberikan pendidikan yang penuh rasa kasih sayang. "Hindari mendidik anak dengan suara keras apalagi hingga membentak anak, begitu pula ketika memiliki anak lebih dari satu orang tua tidak boleh membandingkan kelebihan atau kekurangan anak satu dengan yang lain," ujar Prof Sri.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement