REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung terus berupaya untuk mengembalikan lagi kejayaan komoditas lada hitam Lampung yang masih terseok-seok. Secara historis, Provinsi Lampung penghasil lada hitam terbesar nasional.
"Komoditas lada, sebagai subsektor perkebunan memiliki nilai strategis, karena bukan hanya sebagai sumber lapangan pekerjaan dan sumber penghasilan bagi sebagian penduduk Lampung, tetapi juga memiliki nilai historis sebagai Tanoh Lado," kata Gubernur Lampung Arinal Djunaidi di Bandar Lampung, Kamis (2/3/2023).
Menurut Arinal, secara historis Lampung penghasil lada hitam terbesar di Indonesia, dan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional telah ditetapkan empat kabupaten sebagai kawasan sentra pengembangan komoditas lada yaitu Kabupaten Lampung Utara, Lampung Timur, Tanggamus dan Waykanan.
Provinsi Lampung merupakan penghasil lada hitam terbesar secara nasional dengan luas tanam 45.642 hektare dan produksi 15.229 ton, serta telah memiliki Indikasi Geografis untuk Lada Hitam Lampung oleh Kementerian Hukum dan HAM RI nomor ID G 000 00 00 42.
Gubernur mengakui, dibalik besarnya potensi dan sumbangsih lada bagi Lampung, masih banyak masalah yang dihadapi diantaranya produktivitas perkebunan yang belum optimal karena serangan hama dan penyakit, perubahan iklim, penurunan tingkat kesuburan tanah, dan lemahnya permodalan petani serta pengaruh pasar.
"Komoditas unggulan lada ini, dari awal saya masukkan dalam agenda kerja utama saya yaitu revitalisasi lada," kata Arinal, yang pernah menjabat kadis Kehutanan Lampung.
Menurut dia, sudah banyak upaya namun sampai kini belum mampu mengembalikan kejayaan lada Lampung, oleh karenanya diperlukan pembahasan yang serius dari semua pihak untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini.
Pada seminar "Mengembalikan Kejayaan Lada Lampung si Mutiara Hitam dari Sai Bumi Ruwa Jurai" pada Kamis (23/2/2023), Ketua Asosiasi Eksportir Lada Indonesia Lampung Sumita mengatakan ekspor komoditas lada tidak ada masalah selagi stoknya ada.
"Untuk meningkatkan produktivitas, pemerintah terus berinovasi dan mengadakan festival kuliner lada mulai tingkat kabupaten sampai provinsi, sehingga makanan olahan dari lada menjadi ikon Lampung," kata Sumita.
Plt Kepala Dinas Perkebunan Lampung Yuliastuti mengatakan, berbagai upaya mengembalikan kejayaan lada dengan peremajaan tanaman lada yang dilakukan sejak tahun 2019. Selanjutnya, uji cabang lada sambung yang tahan phytophthora, yang dilakukan di Kabupaten Waykanan, Lampung Timur, dan Tanggamus.
"Lada sambung yang tahan phytophthora dengan Melada. Bahkan benih melada Lampung sedang kami ajukan sertifikasi ke Kementrian Pertanian," kata Yuliastuti.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lampung Elvira Umihanni mengatakan, kerja keras untuk mengembalikan kejayaan lada Lampung diantaranya pemberian bantuan hibah alat/mesin produksi bagi industri kecil menengah, juga mengadakan bimtek pengolahan lada.
Upaya lainnya, hilirisasi melalui diversifikasi produk turunan dengan membina mitra UMKM dan milik gapoktan seperti lada hitam //crack//, lada hijau, minyak lada dan lainnya sehingga dapat memperluas pasar lada hitam didalam negeri maupun luar negeri.