REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerajaan Arab Saudi membuka kesempatan seluas-luasnya bagi Muslim internasional melakukan umroh dengan visa apa pun. Untuk memanfaatkan hal ini, maskapai Garuda Indonesia pun menyiapkan beberapa pilihan penerbangan dengan waktu singkat.
"Jangan sampai publik selalu tahunya umroh sembilan hari. Menyediakan opsi-opsi lain, ini lagi kita hitung-hitung 5-6 jam transit memungkinkan (untuk umroh). Dan terakhir kalau teman-teman memperhatikan, kami ingin menginformasikan ke publik kalau bisa kok booking atau berangkat sendiri. Tidak selalu di travel," ujar Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Saat ini Garuda sedang mempromosikan umroh dengan durasi empat hari. Hal ini ditujukan bagi Muslim yang ingin sering ke Tanah Suci, tapi memiliki waktu terbatas atau tidak bisa mengambil cuti panjang.
Irfan sendiri menyebut dirinya sudah dua kali mencoba program tersebut. Jika dibandingkan dengan umrah sembilan hari, pilihan ini memang lebih melelahkan, tetapi tepat bagi pasar yang waktunya terbatas.
"Kalau ibadah kan hanya 2-3 jam. Lamanya kan keliling-keliling dan beli oleh-oleh. Tapi, kalau ibadah hanya 2-3 jam," ujar dia.
Tidak hanya itu, Garuda juga tengah menyiapkan program lain, yaitu umroh transit. Hal ini dilakukan bagi Muslim yang akan berangkat ke Eropa atau Amerika, dengan berhenti sebentar di Saudi selama lima hingga enam jam.
Program ini disebut masih belum dijalankan, mengingat saat ini Garuda masih menggunakan terminal haji di Jeddah. Nantinya jika sudah pindah ke terminal internasional, Irfan menyebut, pihaknya akan segera merealisasikannya.
"Saya sudah coba, 4-5 jam bisa. Jadi, mendarat di Jeddah, keluar sudah pakai ihram, miqat, diantar ke Makkah, ibadah, lalu telepon sopir dijemput kembali ke Jeddah, mandi, ke airport dan berangkat lagi," kata dia.
Terakhir, ia juga menyebut saat ini berangkat umroh sendirian bukan hal yang mustahil. Di dalam bandara Jeddah terdapat kereta yang bisa langsung mengantarkan jamaah ke Makkah. Dari stasiun kereta itu ada shuttle yang mengantarkan ke Masjidil Haram.
Hal yang sama juga berlaku bagi jamaah yang ingin memesan penginapan. Mereka bisa langsung memesan sendiri ke hotel atau melalui agen perjalanan daring (OTA).
"Kita harus buka peluang untuk orang-orang yang seperti itu. Akan selalu ada pilihan. Hidup soal pilihan. Dan ini juga bisa lebih murah. Paket yang ada kan mahal," kata Irfan.