Jumat 03 Mar 2023 16:23 WIB

Kekerasan Bukan Cara Menegakkan Disiplin di Pesantren

Kekerasan bukan cara mendidik santri di pesantren.

Suasana pelatihan literasi digital, yang dilaksanakan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo dan Telkomsel di MTs Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Selasa (28/2).
Foto: Dok.Republika
Suasana pelatihan literasi digital, yang dilaksanakan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo dan Telkomsel di MTs Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Selasa (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asisten Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Ciput Eka Purwianti mengatakan pengasuh dan pendidik di pondok pesantren penting untuk memahami disiplin positif.

"Pengasuh dan pembimbing pesantren sangat berperan dalam mewakili pengasuhan orang tua santri. Namun, faktanya masih banyak pondok pesantren yang menggunakan kekerasan dengan dalih mendisiplinkan santri. Menjadi sangat penting bagi pengasuh dan pendidik di ponpes untuk memahami disiplin positif," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (3/3/2023).

Baca Juga

Ciput Eka Purwianti mengatakan kasus kekerasan terhadap anak di pondok pesantren semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) sepanjang tahun 2022 menunjukkan bahwa terdapat 16.106 kasus kekerasan terhadap anak, dimana di dalamnya termasuk kasus kekerasan yang terjadi di pondok pesantren.

Sehingga, kata Ciput Eka Purwianti, perlindungan khusus anak di lingkungan pondok pesantren ini penting untuk dilakukan di tengah kedaruratan kekerasan pada anak belakangan ini.

Terkait hal itu, KemenPPPA mengadakan Bimbingan Teknis Disiplin Positif Bagi Pendidik/Tenaga Kependidikan/Pengelola Pondok Pesantren di Yogyakarta pada 28 Februari - 1 Maret 2023.

Ciput Eka Purwianti mengatakan disiplin positif menjadi suatu pendekatan yang dapat digunakan dalam menumbuhkan kedisiplinan pada diri anak dengan konsekuensi logis dan tanpa kekerasan, dengan memperhatikan empat hak dasar anak yang wajib dipenuhi, yaitu hak kelangsungan hidup, hak perlindungan, hak tumbuh kembang, dan hak berpartisipasi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement