REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan, diabetes makin banyak menyerang generasi yang lebih muda, termasuk anak-anak dan remaja. Dr dr Andi Nanis Sacharina M SpA(K) menjelaskan diabetes termasuk dalam penyakit kronis, yang perjalanannya pelan-pelan, bukan penyakit yang serta-merta muncul.
"Ada fase di mana tidak menimbulkan gejala," jelas dr Nanis dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (3/3/2023).
Ketika gejala sudah muncul, berarti penyakit diabetes sudah berjalan cukup lama, yakni sekitar enam bulan atau satu tahun sebelumnya. Dokter Nanis pun mengingatkan orang tua untuk mewaspadai gejala diabetes agar anaknya bisa segera mendapatkan penanganan.
Orang tua perlu curiga anaknya mengalami diabetes jika terdapat gejala sebagai berikut:
- Anak yang awalnya tidak pernah mengompol, tiba-tiba mengompol lagi.
- Anak cenderung lebih lemas, tidak bergairah, tidak seperti biasanya, dan kurang aktif.
- Anak jadi sering haus karena sering buang air kecil.
- Anak juga sering kelaparan dan makan, tetapi berat badannya tidak naik.
Pada anak dengan risiko diabetes tipe 2, salah satu ciri khas yang terlihat adalah munculnya penebalan kulit dan warna kulit yang lebih hitam di area belakang leher, ketiak, dan lipatan paha. Biasanya, ini terlihat pada anak yang cenderung kegemukan maupun obesitas.
"Itu bukan daki, tetapi tanda anak sudah mulai resisten dengan insulin," jelas dr Nanis.
Anak-anak yang lahirnya kecil juga berisiko mengalami diabetes. Jika berat lahirnya kurang dari 2.500 gr dan panjang lahirnya kurang dari 48 cm, namun setelah lahir berat badannya naik terlalu cepat, maka anak perlu dipantau secara saksama.
Sampai saat ini, belum ditemukan terapi definitif yang betul-betul mampu mengembalikan fungsi pankreas. Sejauh ini, diabetes baru bisa dikontrol dengan mengendalikan gula darah.